REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono menyebut satu perusahaan Jepang tengah mempelajari proyek lumbung pangan atau food estate di Ibu Kota Nusantara yang membutuhkan investasi dari pihak swasta.
“Kita ajak perusahaan Jepang. Ada dua yang sedang mempelajari, satu Group Salim dan yang dari Jepang Grup Sumitomo,” kata Basuki saat ditemui di Tokyo, Jumat.
Lumbung pangan tersebut berlokasi di Kalimantan Tengah dengan lahan yang sudah dibuka seluas 43.000 hektare.
“Itu enggak kecil, butuh investasi dan teknologi. Nantinya itu bisa suplai makanan ke IKN, ‘kan lebih dekat daripada dari Jawa,” katanya.
Pernyataan itu disampaikan setelah Basuki bertemu dengan sejumlah pebisnis yang difasilitasi oleh Asosiasi Jepang-Indonesia (Japinda) untuk menawarkan berbagai investasi di IKN.
“Tinggal bawa uang dan teknologi Anda, kami sudah siapkan lahannya,” ujarnya di hadapan para pebisnis Jepang.
Dia menuturkan investasi dari pihak swasta, termasuk dari luar negeri, dibutuhkan karena porsi pembiayaan pembangunan IKN dari pemerintah hanya 20-30 persen, sisanya dari swasta, baik itu dengan skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KBPU) atau pun public-private partnership (PPP).
Proyek IKN yang dibiayai pemerintah dibagi menjadi Batch 1 dan 2 dengan total investasi Rp60,9 triliun.
Terdapat 43 proyek untuk Batch 1 yang proses pembangunannya sejak 2020 hingga Maret 2023 dengan total investasi Rp24,5 triliun.
Proyek-proyek yang masuk dalam Batch 1, di antaranya jalan tol, Istana Presiden, Kantor Presiden dan Kantor Kementerian Koordinator.
Sementara itu, dalam Batch 2 terdapat 45 proyek dengan besaran investasi Rp36,4 triliun, termasuk untuk proyek pembangunan instalasi pengolahan air (IPA) dan jaringan pipa.
“Untuk Batch 1, progress-nya 53 persen. Batch 2, karena baru dimulai baru 1,2 persen,” katanya.
September lalu, juga telah dilakukan peletakan batu pertama untuk pembangunan Rumah Sakit Abdi Waluyo, Pertamina, Hotel Vasanta, Hotel Nusantara, Mayapada Hospital, pusat pelatihan PSSI, Pakubuwono Group dan Nusantara International School (NIS).