Sabtu 11 Nov 2023 03:52 WIB

Perang Mulai Ganggu Pasokan Pangan Israel

Ekonomi Israel sudah merasakan dampak langsung perang terutama di sektor pangan

Rep: Amri Amrullah / Red: Esthi Maharani
Boikot produk Israel (ilustrasi).
Foto: muslimvillage.com
Boikot produk Israel (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV --- Perang di Gaza tak hanya mempengaruhi pasokan pangan warga Palestina tetapi juga warga Israel. Walaupun sebagian besar kebutuhan pangan Israel bisa diproduksi di dalam negeri, namun beberapa sumber pangan sangat bergantung dari impor beberapa negara, seperti gandum, daging dan beberapa produk sayur.

Data impor produk makanan Israel, pada 2021 sebagian besar negara pemasok kebutuhan pangan Israel berasal dari produk makanan meliputi Swiss, Amerika Serikat, Belanda, Italia, Jerman dan India. Managing Director of The Good Food Institute Israel Nir Goldstein mengungkapkan kini sebagian besar sayuran dan sebagian susu yang diproduksi di Israel dibudidayakan di lahan dekat Jalur Gaza, yang diberi nama "Lumbung Israel", yang aksesnya sangat terbatas. 

Baca Juga

"Kini, Israel berada di awal perang yang panjang dan sulit dan sudah mulai mengalami kesulitan," kata Goldstein, dalam tulisannya di Jerusalem Post, awal November lalu. 

Di pekan ini, ekonomi Israel sudah merasakan dampak langsung perang terutama di sektor pangan. Industri makanan lainnya juga mengalami kekurangan tenaga kerja yang luar biasa, baik karena adanya tentara cadangan yang dipanggil atau pekerja Palestina dan Arab-Israel yang takut atau tidak bisa bekerja. Pekerja lainnya terkurung di rumah bersama anak-anak mereka di daerah-daerah yang terkena dampak besar dari pertempuran. 

"Masalahnya terasa baik di supermarket maupun di peternakan sapi perah; banyak susu yang tumpah," ujarnya.

Selain itu, ada kekurangan transportasi yang parah. Truk dan pengemudi telah dimobilisasi untuk upaya perang. Dengan adanya tantangan ini, industri pangan akan memfokuskan kemampuannya pada produk-produk inti, dan oleh karena itu warga Israel akan segera merasakan kekurangan produk khusus, seperti makanan lezat dan produk makanan yang dianggap mewah.

Semua ini, menurut Goldstein, ini semua mungkin hanya prolog. "Ketika pertempuran berlarut-larut dan bahkan mungkin berkembang di berbagai bidang, kita akan menemukan bahwa untuk salah satu pilar makanan kita, yaitu protein, Israel bergantung hampir secara eksklusif pada impor," ujarnya.

Lebih dari 85 persen daging sapi di Israel diimpor (dalam bentuk anak sapi hidup atau daging beku). Unggas sebagian besar diternakkan di dalam negeri, tetapi 90 persen pakan unggas untuk membesarkannya didapat dari diimpor. 

Pengiriman impor juga dilakukan melalui laut, dan sudah ada tantangan yang meningkat dari segi harga asuransi pengiriman dan tingkat bongkar muat di pelabuhan, yang menyebabkan kelangkaan dan kenaikan harga. "Dalam skenario di mana konflik meningkat, ada kemungkinan kapal-kapal asing akan menolak berlabuh di pelabuhan Haifa dan Ashdod, dan bahkan mungkin di Eilat, dan bagaimanapun juga, harga asuransi akan meroket," katanya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement