REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala badan pengungsi Palestina PBB, UNRWA mengatakan, lebih dari 100 pekerja PBB telah terbunuh sejak dimulainya perang Israel-Hamas di Gaza.
"Lebih dari 100 rekan UNRWA dipastikan tewas dalam 1 bulan. Orang tua, guru, perawat, dokter, staf pendukung. UNRWA berduka, warga Palestina berduka, Israel berduka,” kata Komisaris Jenderal, Philippe Lazzarini.
Lazzarini menyerukan diakhirinya pembantaian yang menimpa Gaza. Menurutnya, serangan bertubi-tubi yang dilancarkan Israel di Gaza tidak akan membawa perdamaian dan stabilitas.
Sebaliknya, hal ini menciptakan generasi baru warga Palestina yang dirugikan dan kemungkinan besar akan terus melanjutkan siklus kekerasan. Oleh karena itu, pembantaian harus dihentikan.
“Jalan yang dipilih oleh otoritas Israel saat ini tidak akan membawa perdamaian dan stabilitas yang diinginkan dan pantas diterima oleh Israel dan Palestina," kata Lazzari.
Perang Palestina-Israel terbaru dimulai pada 7 Oktober 2023 ketika Hamas memulai Operasi Badai Al-Aqsa terhadap Israel. Hamas melancarkan serangan mengejutkan dengan menembakkan ribuan roket dan infiltrasi ke Israel melalui darat, laut, dan udara.
Hamas mengatakan, serangan ini merupakan tanggapan keras atas penyerbuan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur oleh pemukim Yahudi, dan meningkatnya kekerasan pemukim Israel terhadap warga Palestina. Israel dibuat kewalahan dengan operasi mendadak Hamas yang menggunakan taktik jenius.
Menanggapi tindakan Hamas, militer Israel melancarkan Operasi Pedang Besi di Jalur Gaza. Serangan udara Israel menghancurkan rumah warga sipil Gaza, gedung perkantoran, dan fasilitas publik seperti sekolah, rumah sakit, serta tempat ibadah. Ribuan warga sipil Gaza, termasuk anak-anak meninggal dunia.
Respons Israel meluas hingga memotong pasokan air, listrik, bahan bakar, dan makanan ke Gaza, yang semakin memperburuk kondisi kehidupan di wilayah yang terkepung itu sejak 2007. Berdasarkan data terbaru dari Kementerian Kesehatan di Gaza, pengeboman Israel telah menyebabkan lebih dari 11.078 orang, sebagian besar warga sipil dan banyak dari mereka adalah anak-anak.