Sabtu 11 Nov 2023 07:40 WIB

Jumlah Warga Gaza Terbunuh Akibat Serangan Israel Tembus 11 Ribu Jiwa

Penanganan para korban luka di Gaza kian sulit dilakukan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ahmad Fikri Noor
Warga Palestina menggelar shalat jenazah terhadap korban yang terbunuh oleh serangan bombardir Israel di Jalur Gaza, Palestina, Jumat (10/11/2023).
Foto: AP Photo/Hatem Ali
Warga Palestina menggelar shalat jenazah terhadap korban yang terbunuh oleh serangan bombardir Israel di Jalur Gaza, Palestina, Jumat (10/11/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Jumlah warga Palestina di Jalur Gaza yang terbunuh dalam serangan Israel sejak 7 Oktober 2023 telah menembus 11.078 ribu jiwa. Sebanyak 4.500 di antaranya merupakan anak-anak.

“Para korban (meninggal) termasuk 4.506 anak-anak, 3.027 perempuan, dan 678 orang lanjut usia. Sementara 27.490 orang terluka,” ungkap Juru Bicara Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza Ashraf al-Qudra pada konferensi pers Jumat (10/11/2023) lalu, dikutip dari Anadolu Agency.

Baca Juga

Dia menambahkan, sebanyak 2.700 orang, termasuk 1.500 anak-anak, juga dilaporkan terjebak di bawah reruntuhan bangunan yang rata akibat serangan Israel. “Agresi Israel juga telah menyebabkan 198 petugas medis tewas dan 53 ambulans hancur,” ujar Al-Qudra.

Penanganan para korban luka di Gaza kian sulit dilakukan karena dalam serangannya Israel terus membidik fasilitas-fasilitas kesehatan. “Israel menargetkan 135 institusi kesehatan dan membuat 21 rumah sakit serta 47 pusat kesehatan primer tidak dapat beroperasi,” ucap Al-Qudra.

Dalam sebuah wawancara dengan Fox News pada Kamis (9/11/2023) lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali menyatakan bahwa dia menolak seruan gencatan senjata. “Gencatan senjata dengan Hamas berarti menyerah,” ucapnya.

Dia menilai, sejak operasi pertempuran darat diluncurkan pada 27 Oktober 2023 lalu, pasukan Israel di Gaza berkinerja sangat baik. Saat ini mereka pun sudah berhasil mengepung Kota Gaza dan terus merangsek ke wilayah yang menjadi basis Hamas. “Betapa pun lamanya (pertempuran di Gaza), kami akan melakukannya,” kata Netanyahu.

Dia pun membantah anggapan bahwa negaranya ingin menduduki kembali Jalur Gaza. Amerika Serikat (AS) dan Inggris telah menyuarakan penentangan jika Israel hendak atau memiliki rencana untuk melakukan hal tersebut. “Kami tidak berusaha untuk memerintah Gaza. Kami tidak berupaya untuk menduduki wilayah tersebut, namun kami berupaya untuk memberikan masa depan yang lebih baik bagi wilayah tersebut dan bagi kami,” kata Netanyahu.

Netanyahu mengungkapkan, untuk menciptakan masa depan lebih baik, Gaza harus didemiliterisasi dan dideradikalisasi terlebih dulu. Setelah itu, wilayah miskin yang telah diblokade selama 16 tahun tersebut bisa dibangun kembali. Netanyahu turut menyangkal anggapan yang menyebut Israel berusaha menggusur atau mengusir penduduk Gaza. “Kita harus menemukan pemerintahan, pemerintahan sipil yang akan ada di sana (Gaza),” ujar Netanyahu, tanpa menyinggung tentang siapa yang mungkin membentuk pemerintahan tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement