REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah upaya masyarakat Indonesia memberikan dukungan untuk kemerdekaan Palestina, segelintir orang justru mengeluarkan pernyataan yang menyurutkan semangat membela Palestina.
Mulai dari penolakan mendukung Palestina, anggapan bahwa percuma memberikan dukungan karena perang Palestina-Israel akan terus terjadi hingga hari kiamat, lalu pernyataan yang menyudutkan pejuang Hamas dengan menyebut sebagai kelompok penyebab terjadinya perang.
Tak hanya itu, ada juga publik figur yang justru menyurutkan semangat membela Palestina karena mengeluarkan pernyataan menolak aksi boikot produk-produk yang mendukung Israel. Aksi boikot dianggap tidak akan berdampak signifikan terhadap Israel.
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Keagamaan KH Ahmad Fahrurrozi (Gus Fahrur) mengatakan pernyataan-pernyataan tersebut keliru dan menunjukan adanya salah faham tentang konflik di Palestina. Bahkan menurut Gus Fahrur, orang-orang yang mengeluarkan pernyataan demikian bisa jadi telah terkontaminasi cara berpikir Amerika Serikat dan pendukung Israel. Menurunnya eksistensi Hamas justru menjadi sangat penting dalam perjuangan kemerdekaan Palestina.
"Hamas melawan kezaliman Israel, karena faktanya Israel terus melakukan pendudukan dan perampasan lahan bangsa Palestina. Kalau tidak ada Hamas maka Israel akan semakin semena mena terhadap bangsa Palestina," kata Gus Fahrur kepada Republika pada Sabtu (11/11/2023).
Gus Fahrur mengatakan Israel tidak konsisten dengan konsep dua negara dan resolusi PBB tentang negara Palestina merdeka. Hingga saat ini, Israel terus melancarkan serangan kepada warga sipil Palestina, fasilitas umum, hingga rumah sakit di jalur Gaza. Oleh karena itu, menurut Gus Fahrur setiap upaya untuk melawan kezaliman Israel harus didukung penuh.
"Setiap usaha melawan kedzaliman Israel harus didukung oleh semua kalangan masyarakat internasional agar segera menghentikan perang terbuka di Palestina," katanya.
Salah satu dukungan terhadap perjuangan rakyat Palestina meraih kemerdekaannya adalah dengan aksi boikot terhadap produk-produk yang membiayai dan mendukung invasi Israel. Menurut Gus Fahrur, aksi boikot produk-produk yang membiayai dan mendukung invasi Israel terbukti efektif menekan Israel.
"Boikot produk Israel terbukti sudah memberikan tekanan efektif terhadap produk Israel dan pendukung negara Israel, meskipun belum dilakukan oleh semua orang. Tapi tekanan ekonomi terbukti cukup efektif untuk membuat mereka berhitung ulang tentang perang, karena biaya perang sebagian didapatkan dari donasi produk perusahaan yang menjadi sponsor Israel," katanya.