Sabtu 11 Nov 2023 10:42 WIB

Ratusan Mahasiswa ITB Diajak Berinovasi dan Lakukan Penelitian Potensi Nikel

Indonesia menyumbang 48,48 persen dari total produksi nikel global. 

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Direktur Health Safety and Environment (HSE) Harita Nickel, Tonny Gultom (tengah pakai kacamata) usai memberikan kuliah umum di ITB.
Foto: dok. Republika
Direktur Health Safety and Environment (HSE) Harita Nickel, Tonny Gultom (tengah pakai kacamata) usai memberikan kuliah umum di ITB.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sekitar 300 mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) mengikuti kuliah umum dari Harita Nickel. Mengambil tema “Tantangan Penambangan Nikel dan Keberlanjutan Lingkungan: Belajar dari Pulau Obi” semua mahasiswa mendapat informasi mengenai perkembangan industri nikel dan kebermanfaatannya. 

Menurut Direktur Health Safety and Environment (HSE) Harita Nickel, Tonny Gultom, Indonesia adalah negara produsen nikel terbesar di dunia dengan total produksi diperkirakan mencapai 1,6 juta metrik ton atau menyumbang 48,48 persen dari total produksi nikel global. 

Dengan potensi sebesar itu, kata Tonny, Indonesia menjadi negara strategis di dunia sejalan dengan permintaan global akan nikel terus tumbuh, terutama untuk keperluan industri seperti kendaraan listrik dan energi terbarukan.

"Nikel memiliki peran penting untuk menunjang banyak hal dan telah mengubah peradaban dunia," ujar Tonny, Jumat (10/11/2023). 

Tonny mengatakan, nikel dekat dengan kehidupan sehari-hari sebagai campuran stainless steel untuk peralatan rumah tangga, campuran besi baja untuk bahan konstruksi bangunan dan rel kereta api, hingga digunakan dalam baterai dan teknologi energi terbarukan lainnya. Sehingga, membuat potensi pasar nikel semakin menarik. 

“Nikel juga menjadi mineral yang paling banyak dibutuhkan terkait tumbuhnya industri seperti kendaraan listrik dan energi terbarukan," katanya. 

Menurutnya, meningkatnya kesadaran masyarakat, terutama generasi muda, terhadap isu kelestarian lingkungan membuat upaya ini mendapatkan sokongan positif dari banyak pihak.

Tonny menjelaskan, Pulau Obi, tempat beroperasinya Harita Nickel, adalah sebuah pulau dengan luas sekitar 2.345 kilometer persegi di Provinsi Maluku Utara yang menjadi salah satu tempat penambangan nikel terbesar di Indonesia.

Nikel dari Pulau Obi, kata dia, telah berperan penting untuk peradaban baru dunia. Dari Pulau Obi, Indonesia banyak belajar dan berharap terkait pengembangan nikel melalui penerapan teknologi ramah lingkungan. 

"Teknologi ramah lingkungan yang kian pesat membuat keberadaan nikel menjadi sangat dibutuhkan oleh dunia. Kemampuan dan komitmen putra putri bangsa yang berkarya di sana menjadi gambaran kualitas sumber daya manusia Indonesia yang unggul," paparnya. 

Selain memberikan kuliah umum, Harita Nickel juga membina kerja sama dengan perguruan tinggi dan sektor-sektor lain untuk mendorong hilirisasi dan pengembangan ekosistem industri yang lebih luas. 

Kerja sama juga dilakukan dalam hal penelitian dan inovasi dalam industri nikel, termasuk pengembangan teknologi baru, pemrosesan yang lebih efisien, dan penggunaan yang lebih berkelanjutan. Khususnya bagi mahasiswa, acara kuliah umum ini juga memberikan pengetahuan dasar yang berguna dalam pengembangan karier mereka.

Salah satu mahasiswa yang hadir dalam kegiatan ini, Muhammad Sonny Abfertiawan mengatakan, kehadiran para praktisi di kampus sangat dibutuhkan untuk memberikan gambaran tentang dunia kerja sebenarnya. Khusus masalah bahasan nikel yang diangkat dalam kuliah umum ini, menurut dia, sangat relevan dengan kondisi kekinian. 

“Mahasiswa harus bisa menyadari tentang pentingnya nikel untuk kehidupan. Kita bisa melakukan banyak riset dan inovasi untuk mengoptimalkan manfaat nikel yang menjadi salah satu sumber tambang unggulan Indonesia sesuai dengan harapan pemerintah dalam hal hilirasi,” kata Sonny. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement