Sabtu 11 Nov 2023 14:35 WIB

Mengenal Terowongan Hamas, Strategi Perang yang Bikin Zionis Israel Ciut Nyalinya 

Hamas menggunakan terowongan untuk perang gerilya

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nashih Nashrullah
Seorang aktor berpakaian sebagai militan Hamas merangkak keluar dari terowongan saat kru dari saluran satelit al-Aqsa yang dikelola Hamas syuting untuk serial 30 episode, berjudul Fist of the Free, di Beit Lahiya, Jalur Gaza utara, Kamis , 3 Februari 2022.
Foto: AP/Adel Hana
Seorang aktor berpakaian sebagai militan Hamas merangkak keluar dari terowongan saat kru dari saluran satelit al-Aqsa yang dikelola Hamas syuting untuk serial 30 episode, berjudul Fist of the Free, di Beit Lahiya, Jalur Gaza utara, Kamis , 3 Februari 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Konflik antara Hamas dan Israel telah berkecamuk selama beberapa dekade, namun dalam beberapa tahun terakhir, konflik ini telah mengambil bentuk baru yang mematikan, yakni perang terowongan. 

Hamas telah menggunakan terowongan bawah tanah untuk melancarkan perang gerilya yang sulit dideteksi, dicegah, hingga dihentikan oleh Israel. 

Baca Juga

Terowongan-terowongan ini telah menjadi aset strategis bagi Hamas dan tantangan besar bagi Israel. Terowongan-terowongan ini juga menjadi sasaran Israel, yang menganggapnya sebagai ancaman keamanan yang serius dan menggunakan berbagai metode dan teknologi untuk menemukan dan menghancurkannya.  

Mencoba untuk mengeksplorasi terowongan Hamas, latar belakang, tujuan, fitur, dan konsekuensi dari terowongan-terowongan tersebut, serta teknik dan alat yang digunakan kedua belah pihak untuk bertempur di bawah tanah.

Sejarah dan tujuan 

Terowongan-terowongan di Gaza terutama digunakan Hamas untuk berperang melawan Israel. Terowongan-terowongan ini pertama kali digali pada akhir 1980-an dan awal 1990-an, selama intifada atau pemberontakan pertama melawan pendudukan Israel. 

Semula keberadaannya digunakan untuk mengangkut barang melintasi perbatasan dengan Mesir serta untuk bersembunyi dan melarikan diri dari serangan Israel. 

Setelah Israel menarik diri dari Gaza pada 2005, Hamas memperluas terowongan-terowongan tersebut dan menggunakannya sebagai pangkalan untuk meluncurkan roket dan menyusup ke wilayah Israel, berfungsi sebagai tempat berlindung, pusat komando, rumah sakit, dan fasilitas penyimpanan bagi para pejuang Hamas dan warga sipil. 

Diperkirakan memiliki panjang sekitar 300 kilometer, dan beberapa di antaranya diperkuat dengan beton serta dilengkapi dengan listrik dan ventilasi.

Terowongan-terowongan tersebut telah menjadi jalur penyelamat bagi warga Gaza yang menghadapi blokade oleh Israel dan Mesir, serta kekurangan barang dan jasa. Terowongan-terowongan ini memungkinkan transportasi makanan, obat-obatan, bahan bakar, bahan bangunan, bahkan hewan dan kendaraan. 

Selain itu, keberadaannya juga merupakan sumber pendapatan dan pekerjaan bagi banyak warga Gaza yang bekerja sebagai penggali atau pedagang atau memiliki profesi lainnya. Bisnis terowongan diperkirakan menghasilkan jutaan dolar per tahun, dan menyumbang hingga 40 persen dari PDB Gaza. 

Bahkan juga merupakan simbol perlawanan dan ketahanan bagi warga Palestina yang melihatnya sebagai cara untuk menentang pendudukan dan pengepungan Israel. 

Baca juga: Pesan Nabi Muhammad SAW untuk Saudara-Saudara Kita di Palestina

 

Sering kali pula dihiasi dengan bendera, poster, dan grafiti, dan beberapa di antaranya memiliki nama-nama seperti "Kebebasan", "Kemenangan", dan "Kemartiran". 

Terowongan-terowongan tersebut juga telah menginspirasi seni, sastra, dan musik seperti film dokumenter "Gaza Underground", novel "The Book of Gaza", dan lagu rap "Tunnel Trade" oleh MC Gaza.Terowongan-terowongan tersebut juga menjadi target penghancuran dan kontroversi bagi Israel. 

Israel menganggap terowongan-terowongan.. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement