REPUBLIKA.CO.ID, PARIS – Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan, Israel harus berhenti membombardir Jalur Gaza dan membunuh penduduk sipil di sana. Dia menegaskan, tidak ada justifikasi atas agresi tanpa pandang bulu tersebut.
Dalam sebuah wawancara dengan BBC yang dipublikasikan pada Jumat (10/11/2023) malam, Macron mengatakan Prancis mengecam serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu dan mengakui hak Israel untuk membela diri. Namun dengan menjulangnya jumlah korban sipil di Gaza, Macron menyerukan Israel menghentikan agresinya. “Kami mendesak mereka untuk menghentikan pengeboman ini,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Macron pun sempat ditanya apakah dia menginginkan agar para pemimpin dunia lainnya, termasuk Amerika Serikat (AS) dan Inggris, mengikuti jejaknya dalam mendesak Israel menghentikan kampanye pengebomannya ke Gaza. “Saya berharap mereka akan melakukannya,” ucap Macron menjawab pertanyaan tersebut.
Dalam wawancara dengan BBC, sempat disinggung pula tentang keputusan Prancis menggelar konferensi internasional penggalangan dana bantuan untuk Gaza. Konferensi itu digelar di Paris, Kamis (9/11/2023).
Macron mengungkapkan, kesimpulan para negara dan organisasi internasional yang berpartisipasi dalam konferensi tersebut adalah tidak ada solusi lain untuk krisis di Gaza selain jeda kemanusiaan serta gencatan senjata. “Semua warga sipil tidak ada kaitannya dengan teroris,” ujarnya.
"De facto - saat ini, warga sipil dibom - secara de facto. Bayi-bayi ini, para wanita, orang-orang tua ini dibom dan dibunuh. Jadi tidak ada alasan untuk itu dan tidak ada legitimasi. Jadi kami mendesak Israel untuk menghentikannya," kata Macron.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah merespons pernyataan Macron. Pemimpin Partai Likud itu mengatakan, para pemimpin dunia seharusnya mengutuk Hamas, bukan Israel. “Kejahatan yang dilakukan Hamas hari ini di Gaza akan dilakukan besok di Paris, New York, dan di mana pun di dunia,” ujar Netanyahu.
Sejak 7 Oktober 2023, agresi Israel ke Jalur Gaza telah membunuh sedikitnya 11.078 orang. Para korban (meninggal) termasuk 4.506 anak-anak, 3.027 perempuan, dan 678 orang lanjut usia. Sementara 27.490 orang terluka,” ungkap Juru Bicara Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza Ashraf al-Qudra pada konferensi pers Jumat lalu, dikutip Anadolu Agency.
Dia menambahkan, sebanyak 2.700 orang, termasuk 1.500 anak-anak, juga dilaporkan terjebak di bawah reruntuhan bangunan yang rata akibat serangan Israel. “Agresi Israel juga telah menyebabkan 198 petugas medis tewas dan 53 ambulans hancur,” ujar Al-Qudra.
Penanganan para korban luka di Gaza kian sulit dilakukan karena dalam serangannya Israel terus membidik fasilitas-fasilitas kesehatan. “Israel menargetkan 135 institusi kesehatan dan membuat 21 rumah sakit serta 47 pusat kesehatan primer tidak dapat beroperasi,” ucap Al-Qudra.