REPUBLIKA.CO.ID, RAJA AMPAT -- Bank Indonesia memantau kondisi pasar dan meresponsnya dengan berbagai kebijakan dan strategi tetap waspada. Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter (DKEM) Bank Indonesia, Erwindo Kolopaking menyampaikan perekonomian global tidak bisa lepas dengan kondisi di Amerika Serikat dan China.
"China merupakan pengimpor terbesar bagi Indonesia, ekspor nomor satu Indonesia ke China. Sementara AS, setiap pergerakan dolar AS maka akan berpengaruh langsung pada mata uang global, tidak terkecuali Indonesia," katanya dalam.
Mata uang AS terus menguat setelah pada masa Covid-19 pemerintah melakukan quantitative easing. Ini yang akhirnya menyebabkan pertumbuhannya tinggi sekaligus inflasi AS terus naik dan memaksa bank sentral AS terus menaikkan suku bunga.
"Uang yang dikeluarkan melalui QE belum semuanya masuk," katanya.