REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 21 rumah sakit tidak beroperasi. Sementara rumah sakit lainnya kehabisan bahan bakar dan obat-obatan.
Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan di Gaza memaparkan situasi terkini RS di Gaza yang sudah lumpuh. Di mana Israel menargetkan Kompleks RS Al-Shifa dari semua sisi. "Kami kehabisan air, bahan bakar, makanan, listrik dan telekomunikasi," katanya, Sabtu (11/11/2023).
"Rumah sakit di Kota Gaza dan Gaza utara berada dalam "jam-jam kritis" terakhir mereka, dan diperkirakan akan benar-benar berhenti beroperasi karena kurangnya bahan bakar dan sebagai akibat dari "penargetan langsung dan disengaja", kata kantor media pemerintah.
Jumlah rumah sakit yang tidak beroperasi sejak awal serangan Israel telah mencapai 21 rumah sakit. Ketika serangan di sekitar Rumah Sakit Al-Shifa semakin intensif, kepala fasilitas medis terbesar di Gaza, Muhammad Abu Salmiya, mengatakan kepada Aljazirah, "Hari ini adalah hari perang terhadap rumah sakit."
Pemerintah menyerukan pembukaan penyeberangan perbatasan Rafah yang "mendesak, segera, dan permanen", agar bantuan dan pasokan medis dapat mengalir ke rumah sakit dan berbagai pusat bantuan. Pemerintah juga meminta bahan bakar yang sangat dibutuhkan agar rumah sakit dapat terus beroperasi dan menyediakan layanan kesehatan bagi ribuan orang yang membutuhkan.
"Kami menganggap penjajah Israel dan komunitas internasional, terutama AS, bertanggung jawab penuh" atas kejahatan yang dilakukan terhadap warga Palestina yang "tak berdaya" di Gaza, kantor media itu menambahkan.
Kepala Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa rumah sakit di Gaza "sengaja dijadikan target" untuk memaksa warga sipil keluar dari Gaza.
Israel mengatakan 100 ribu warga Palestina telah bergerak ke arah selatan Gaza dalam dua hari terakhir; Banyak warga Palestina mengatakan mereka masih terjebak di tengah pertempuran yang terus berlanjut.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan jumlah warga Palestina yang syahid sejak 7 Oktober telah meningkat menjadi 11.078 orang, termasuk sedikitnya 4.506 anak-anak. Di Israel, setelah revisi ke bawah, jumlah korban tewas kini mencapai lebih dari 1.200 orang.