Ahad 12 Nov 2023 16:47 WIB

Polisi Inggris Tolak Tekanan Politisi untuk Larang Aksi Damai Pro Palestina

Polisi Inggris meyakinkan komunitas Yahudi tetap aman meski ada aksi pro Palestina

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Ribuan peserta demo Palestina saat melakukan aksi duduk di Stasiun Waterloo di pusat kota London, Inggris, Sabtu (11/11/2023).
Foto: EPA-EFE/Andy Rain
Ribuan peserta demo Palestina saat melakukan aksi duduk di Stasiun Waterloo di pusat kota London, Inggris, Sabtu (11/11/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Polisi Inggris mengambil langkah-langkah untuk meyakinkan komunitas Yahudi yang telah menjadi sasaran lonjakan insiden antisemit sejak Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober dan pasukan Israel merespons dengan serangan dan pengiriman pasukan ke Jalur Gaza. Hal ini disampaikan usai aksi damai pro-Palestina di London.

"Kami tahu dampak kumulatif dari protes yang terus berlanjut, meningkatnya ketegangan, dan meningkatnya kejahatan kebencian di seluruh London serta ketakutan dan kecemasan yang dirasakan oleh komunitas Yahudi kami," kata polisi Inggris dalam pernyataannya, Ahad (12/11/2023).

Baca Juga

"Mereka memiliki hak untuk merasa aman di kota mereka, mengetahui mereka dapat melakukan perjalanan di London tanpa merasa takut akan intimidasi atau pelecehan," tambah polisi.

Operasi penegakan hukum ini dilakukan setelah Komisaris Polisi Metropolitan Mark Rowley menolak tekanan dari para pemimpin politik untuk melarang aksi damai pro-Palestina.

Perdana Menteri Rishi Sunak dan Menteri Dalam Negeri Suella Braverman menyampaikan keprihatinannya aksi damai Sabtu (12/11/2023) tersebut dapat meluas hingga Ahad. Ketika Raja Charles III dan perdana menteri negara-negara Persemakmuran meletakkan karangan bunga di tugu peringatan perang nasional yang dikenal dengan nama Cenotaph.

Dalam pernyataannya Sunak mengatakan acara peringatan ini merupakan acara yang "sakral" bagi Inggris dan seharusnya menjadi waktu untuk persatuan dan "refleksi yang khusyuk."

"Karena mereka yang berjuang untuk negara ini dan untuk kebebasan yang kita hargai, maka mereka yang ingin berunjuk rasa dapat melakukannya, tetapi mereka harus melakukannya dengan penuh hormat dan damai," katanya.

Meskipun komentar Sunak dan Braverman ditujukan kepada para pengunjuk rasa pro-Palestina, para kritikus mengatakan komentar-komentar tersebut berisiko memicu konfrontasi antara para pengunjuk rasa dan kelompok-kelompok sayap kanan.

Salah satu paling memprihatinkan adalah komentar Braverman yang mengatakan polisi London bersikap lebih lunak terhadap para demonstran pro-Palestina dan pendukung Black Lives Matter dibandingkan dengan para pengunjuk rasa sayap kanan atau hooligan sepakbola. Braverman mengatakan bahwa olisian Metropolitan London mengabaikan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh "massa pro-Palestina."

Pada Sabtu kemarin polisi bentrok dengan pengunjuk rasa tandingan dari kelompok ekstrem kanan Inggris di dekat Cenotaph. Kelompok ekstrem kanan itu berteriak "Inggris sampai aku mati."

Polisi menggunakan pentungan untuk menghentikan para pengunjuk rasa, dan upacara di tugu peringatan itu tidak terganggu. Bentrokan lainnya terjadi di bagian lain kota, termasuk Chinatown dan di dekat Gedung Parlemen.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement