Ahad 12 Nov 2023 17:27 WIB

Indonesia-Yordania Bahas Palestina di Sela Pertemuan OKI

Indonesia dan Yordania memperjuangkan kemerdekaan Palestina

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Warga Palestina mencari korban selamat di bawah reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel di kamp pengungsi Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Senin, (6/11/2023).
Foto: AP Photo/Mohammed Dahman
Warga Palestina mencari korban selamat di bawah reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel di kamp pengungsi Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Senin, (6/11/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Presiden Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), bertemu secara bilateral dengan Raja Yordania, Abdullah II bin Al-Hussein, dalam rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Jokowi menyatakan dukungannya terhadap kepemimpinan Raja Yordania dalam mempromosikan perdamaian untuk mencapai kemerdekaan Palestina.

“Mendukung upaya King Abdullah mendorong perlunya terobosan politik bagi dimulainya proses perdamaian menuju kemerdekaan Palestina,” kata Jokowi dalam siaran pers Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Ahad (12/11/2023).

Baca Juga

Selain itu, Jokowi menegaskan Indonesia dan Yordania memiliki posisi serupa dalam perjuangan untuk kemerdekaan Palestina dengan berpegang pada prinsip solusi dua negara.

Presiden menyoroti peran Yordania sebagai penjaga situs suci agama Islam dan Kristen di Yerusalem, sementara Indonesia telah menjadi co-sponsor Resolusi Majelis Umum PBB pada 27 Oktober di New York.

Dalam pertemuan dengan Raja Yordania, Jokowi menekankan pentingnya solidaritas OKI sebagai bagian dari solusi, serta menghasilkan langkah konkret untuk memperbaiki situasi di Gaza. Ia mendesak agar gencatan senjata segera dilakukan dan koridor kemanusiaan segera diimplementasikan.

Presiden juga menolak pemindahan paksa warga Palestina dan menegaskan bahwa akses bantuan kemanusiaan harus dijamin keamanannya, dapat diprediksi, berkelanjutan, dan mencakup seluruh warga.

Sementara itu tiga saluran berita TV utama Israel, tanpa mengutip sumber-sumber yang disebutkan, mengatakan ada beberapa kemajuan menuju kesepakatan untuk membebaskan para sandera yang ditahan Hamas di Gaza.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan ia tidak akan membahas rincian kesepakatan yang mungkin terjadi. Menurut saluran N12 News pembicaraan itu akan melibatkan sandera sekitar 50 hingga 100 wanita, anak-anak dan orang tua yang dibebaskan secara bertahap selama jeda pertempuran selama tiga hingga lima hari.

Menurut laporan tersebut, Israel akan membebaskan para wanita dan tahanan Palestina di bawah umur dan mempertimbangkan untuk mengizinkan masuknya bahan bakar ke Gaza. Namun tetap memiliki hak untuk melanjutkan pertempuran.

Di Tel Aviv, ribuan orang bergabung dalam aksi unjuk rasa untuk mendukung keluarga para sandera.

Warga Gaza mengatakan pasukan Israel yang menggelar serangan balasan ke Hamas setelah serangan mendadak 7 Oktober lalu, bentrok dengan kelompok bersenjata Hamas sepanjang malam di dalam dan di sekitar Kota Gaza di mana rumah sakit Al Shifa, yang merupakan rumah sakit terbesar di Gaza, berada.

Ashraf Al-Qidra, yang mewakili kementerian kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas, mengatakan rumah sakit tersebut menghentikan operasinya setelah bahan bakar habis. Dia mengatakan dua bayi meninggal dalam inkubator. Dia mengatakan ada 45 bayi secara keseluruhan.

Dia mengatakan penembakan Israel menewaskan seorang pasien yang sedang dalam perawatan intensif dan penembak jitu Israel di atap menembaki kompleks medis dari waktu ke waktu, membatasi kemampuan orang untuk bergerak.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan "keprihatinan besar" atas keselamatan semua orang yang terperangkap di rumah sakit akibat pertempuran dan mengatakan kehilangan komunikasi dengan kontak-kontaknya di sana.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement