REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Pernyataan dari kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebutkan pertempuran di Gaza akan berlanjut. Selain itu juga tidak akan ada gencatan senjata sebelum para sandera dibebaskan.
Juru bicara militer Israel Richard Hecht mengatakan, gencatan senjata selama empat jam itu bukanlah perubahan dalam kebijakan Israel.
"Saya melihat komentar John Kirby beberapa jam lalu. Tidak ada gencatan senjata. Saya ulangi, tidak ada gencatan senjata. Ini adalah jeda taktis untuk pergerakan dari area tertentu (ke) selatan," kata Hecht, dilansir Middle East Eye, Sabtu (11/11/2023).
Israel tampaknya mengecilkan klaim AS bahwa mereka akan mulai menerapkan jeda kemanusiaan selama empat jam di Gaza utara. Kamis lalu, juru bicara Gedung Putih John Kirby mengatakan akan ada dua koridor kemanusiaan bagi warga Palestina untuk meninggalkan Gaza utara ke selatan dan Israel tidak akan melakukan operasi militer di wilayah tersebut selama empat jam.
"Kami memahami bahwa Israel akan mulai menerapkan jeda empat jam di wilayah Gaza utara setiap hari, dan pengumuman akan dilakukan tiga jam sebelumnya," kata Kirby, sambil membedakan antara jeda kemanusiaan yang ada yang terbatas pada jalan-jalan tertentu selama beberapa hari terakhir.
Dia juga menyampaikan, gencatan senjata yang disebutnya dengan jeda kemanusiaan ini muncul setelah banyak keterlibatan presiden AS dengan perdana menteri Israel Netanyahu dan keterlibatan di berbagai tingkat lain dalam pemerintahan.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia dan badan-badan internasional telah berulang kali mengkritik Israel karena mengusir paksa warga Palestina dari Gaza utara ke selatan. Kelompok HAM tersebut menyatakan tindakan Israel merupakan pengulangan Nakba.
Nakba, atau "bencana" dalam bahasa Inggris, mengacu pada pembersihan etnis sekitar 750 ribu warga Palestina dari tanah dan rumah mereka di wilayah bersejarah Palestina untuk membuka jalan bagi pembentukan Israel pada tahun 1948.