Senin 13 Nov 2023 11:39 WIB

Atasi Konflik di Papua, Jendera Agus: Pendekatan Smart Power Dikombinasikan Hard Power

Hard power dengan senjata tempur digunakan dalam rangka dalam rangka penegakan hukum.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Teguh Firmansyah
KSAD, Jenderal Agus Subianto
Foto: Republika
KSAD, Jenderal Agus Subianto

REPUBLIKA.CO.ID JAKARTA -- Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Agus Subiyanto menjalani uji kelayakan dan kepatutan atau fit and proper test calon panglima TNI yang dilakukan oleh Komisi I DPR. Ia pun menyampaikan salah satu programnya dalam mengatasi konflik di Papua.

"Untuk mengatasi konflik vertikal seperti masalah di Papua, pendekatan smart power yang dikombinasikan hard power, soft power diplomasi militer mutlak dilakukan," ujar Agus di Ruang Rapat Komisi I, Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (13/11/2023).

Baca Juga

Hard power dengan senjata tempur digunakan dalam rangka dalam rangka penegakan hukum. Sedangkan soft power dilakukan dengan mendukung pelaksanaan percepatan pembangunan kesejahteraan di Papua.

"Pendekatan soft power tersebut sepatutnya dilakukan bersama-sama, bersinergi antara TNI dengan semua kementerian, lembaga, dan pemangku kepentingan terkait," ujar Agus.

"Diplomasi militer ini dilakukan untuk membangun hubungan interpersonal antarprajurit. Serta menciptakan persamaan pandangan tentang pendekatan dalam penyelesaian masalah di Papua," sambung Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) itu.

Dalam forum tersebut, ia menyampaikan visinya jika terpilih sebagai panglima TNI yang disingkatnya dengan sebutan PRIMA.

"Guna terlaksananya semua tugas TNI yang telah ditetapkan, saya memiliki visi TNI yang PRIMA, yaitu TNI yang Profesional, Responsif, Integratif, Modern, dan Adaptif," ujar Agus.

Visi tersebut dalam rangka membangun institusi TNI yang memiliki daya tahan dan daya gempur. Serta, guna menghadapi dan mengatasi segala bentuk ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan yang akan membahayakan integritas bangsa.

Adapun untuk mewujudkan visi tersebut, terdapat lima misi yang dibawanya jika terpilih sebagai panglima TNI. Pertama, memelihara dan memantapkan profesionalisme sebagai alat pertahanan negara.

"Dua, meningkatkan kemampuan perang yang responsif dalam menghadapi lingkungan strategis," ujar Agus.

Ketiga, memantapkan kemampuan TNI yang integratif serta bersinergi dengan kepolisian, kementerian, lembaga, dan komponen bangsa lainnya. Keempat, mewujudkan percepatan modernisasi alutsista sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

"Lima, mewujudkan TNI yang adaptif terhadap tuntunan tugas dan spektrum ancaman," ujar Agus.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement