Senin 13 Nov 2023 14:05 WIB

Banyak Gen Z Pengangguran, Bonus Demografi Terancam Gagal?

Serapan tenaga kerja lulusan SMA lebih baik karena tidak selektif pilih pekerjaan.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Lida Puspaningtyas
Pelamar mengantre sebelum memasuki area Jakarta Job Fair di Pusat Grosir Cililitan (PGC), Jakarta, rabu (19/9/2023). Jakarta Job Fair tersebut diselenggarakan oleh Suku Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Energi Pemerintah Kota Jakarta Timur dengan menyediakan sebanyak 3.000 lowongan pekerjaan dari 40 perusahaan yang digelar selama dua hari mulai dari Selasa (18/9) hingga Rabu (19/9). Sejumlah pelamar antusias mengunjungi Jakarta Job Fair hingga rela mengantre sebelum jam operasional dibuka. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) angka  pengangguran di Jakarta pada Februari 2023 tercatat sebanyak 397.623 orang atau mengalami kenaikan sebesar 8,2 persen dibandingkan Agustus 2022 sebanyak 377.294 orang.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pelamar mengantre sebelum memasuki area Jakarta Job Fair di Pusat Grosir Cililitan (PGC), Jakarta, rabu (19/9/2023). Jakarta Job Fair tersebut diselenggarakan oleh Suku Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Energi Pemerintah Kota Jakarta Timur dengan menyediakan sebanyak 3.000 lowongan pekerjaan dari 40 perusahaan yang digelar selama dua hari mulai dari Selasa (18/9) hingga Rabu (19/9). Sejumlah pelamar antusias mengunjungi Jakarta Job Fair hingga rela mengantre sebelum jam operasional dibuka. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) angka pengangguran di Jakarta pada Februari 2023 tercatat sebanyak 397.623 orang atau mengalami kenaikan sebesar 8,2 persen dibandingkan Agustus 2022 sebanyak 377.294 orang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah pengangguran di Indonesia paling banyak disebut berasal dari kelompok penduduk usia 15-24 tahun atau yang tergolong generasi Z. Ekonom menyebut, apabila tidak diatasi, kondisi ini dapat menyebabkan gagalnya bonus demografi.

"Banyaknya pengangguran Gen Z khususnya yang lulusan sarjana S1 membuat Indonesia kehilangan momentum bonus demografi," kata Direktur Kebijakan Publik Celios Media Wahyudi Askar, Senin (13/11/2023).

Baca Juga

Sebagai informasi, bonus demografi terjadi saat jumlah penduduk usia produktif jauh lebih banyak dibandingkan penduduk usia lanjut yang tidak produktif. Mereka yang masuk usia produktif termasuk kelompok generasi Z atau Gen Z.

Media mengatakan, terdapat beberapa penyebab tingginya pengangguran di kalangan Gen Z. Pertama, adanya mismatch lapangan kerja yang tersedia dengan keahlian yang dimiliki oleh Gen Z khususnya para lulusan sarjana.

Kedua,  terdapat penurunan daya beli masyarakat yang berdampak langsung pada sektor industri. Ketiga, meningkatnya tren work life balance di kalangan Gen Z sehingga sebagian memilih untuk tetap menganggur sampai menunggu pekerjaan yang layak menurut mereka.

"Berdasarkan studi Delloite pada 2022, sekitar 32 persen Gen Z memilih hanya bekerja di tempat yang menjanjikan work life balance," jelas Media.

Penyerapan tenaga kerja SMA lebih baik ...

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement