REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan, seorang bayi prematur dan dua pasien meninggal di rumah sakit Al-Shifa di Gaza karena fasilitas tersebut mengalami kekurangan bahan bakar pada Senin (13/11/2023). Laporan terbaru itu menambah jumlah korban menjadi enam bayi dan sembilan pasien.
Rumah sakit yang terbesar di Gaz telah mengalami kekurangan energi selama berhari-hari karena berada di tengah serangan tanpa henti Israel. Wakil Menteri Kesehatan di wilayah Palestina yang dipimpin Hamas Youssef Abu Rish mengatakan, semua rumah sakit di Jalur Gaza utara tidak berfungsi.
Kondisi semakin memburuk bagi ratusan pasien dan ribuan orang lainnya yang berlindung di Al-Shifa. Para bayi pun dalan kondisi sangat terancam.
Israel berjanji pada untuk membantu mengevakuasi bayi dari fasilitas tersebut sebelumnya. Namun hal itu tidak terjadi karena rumah sakit tersebut masih terjebak dalam serangan darat Israel.
Militer Israel juga mengatakan, tentara daratnya telah mengirimkan 300 liter bahan bakar ke rumah sakit untuk keperluan medis yang mendesak. Hanya saja, pengiriman tersebut tidak dikumpulkan oleh pihak berwenang di fasilitas tersebut ketika pertempuran sengit terjadi. Israel juga mengklaim bahwa Hamas mencegah rumah sakit tersebut untuk mengambilnya.
Direktur Al-Shifa Mohammad Abu Salmiya menentang klaim Israel. Dia mengatakan, tentara Israel meneleponnya dan mengatakan bahan bakar akan diturunkan 500 meter dari Al-Shifa.
“Saya mengatakan kepada mereka ‘jika Anda ingin membantu, saya memerlukan setidaknya 8.000 liter untuk menjalankan generator utama dan menyelamatkan ratusan pasien dan korban luka’,” kata Salmiya.
“Mereka menolak dan kami tidak tahu lagi status bahan bakar yang dihentikan," ujarnya dikutip dari AlArabiyah.
Israel menghadapi tekanan internasional yang kuat untuk meminimalkan penderitaan warga sipil di tengah operasi besar-besaran baik udara maupun darat. Menurut pihak berwenang Hamas, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 11 ribu orang, termasuk ribuan anak-anak.