REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh menolak seruan Israel untuk membangun kamp pengungsi sementara di Gaza selatan.
"Kami ingin rakyat kami kembali ke rumah mereka, tempat yang mereka tinggalkan untuk terpaksa mengungsi," kata Shtayyeh dalam rapat kabinet di Kota Ramallah, Tepi Barat, pada Senin (13/11/2023).
Dia mengatakan pihak berwenang Palestina berupaya memastikan pengiriman makanan dan obat-obatan bisa sampai ke Jalur Gaza yang diblokade oleh Israel.
“Kami melakukan segala kemungkinan untuk menyelamatkan rakyat kami di Gaza,” ujar dia.
Shtayyeh juga mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Uni Eropa mengirimkan bantuan kemanusiaan melalui udara ke daerah kantong yang terkepung, khususnya Gaza bagian utara.
“Kami meminta PBB dan EU membuka koridor lain untuk pengiriman bantuan ke Gaza dan tidak hanya melalui pintu Rafah yang berbatasan dengan Mesir," kata dia.
Lebih dari 11.100 warga Palestina, termasuk lebih dari 8.000 anak-anak dan perempuan gugur dalam serangan udara dan darat Israel di Jalur Gaza sejak bulan lalu, kata kantor media pemerintah di Gaza pada Ahad (12/11/2023). Jumlah korban jiwa di Israel hampir 1.200, menurut angka resmi.