REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Menteri Luar Negeri Israel, Eli Cohen, mengakui bahwa negaranya sedang menghadapi tekanan internasional terkait aksi militernya di Jalur Gaza. Namun, dia menegaskan, Israel akan tetap meneruskan perangnya di Gaza selama hal itu masih diperlukan.
“Kami mempunyai waktu dua atau tiga pekan sampai tekanan internasional benar-benar meningkat. Namun Kementerian Luar Negeri (Israel) akan berupaya memperluas jendela legitimasi, dan pertempuran akan terus berlanjut selama diperlukan,” kata Cohen, seperti dikutip juru bicaranya, Senin (13/11/2023), dilaporkan laman Al Arabiya.
Terkait situasi di Gaza, saat ini salah satu hal yang tengah menjadi perhatian dunia internasional adalah ketiadaan listrik dan bahan bakar untuk generator pembangkit listrik bagi rumah sakit-rumah sakit. Pada Senin lalu, Kementerian Kesehatan di Gaza mengungkapkan, sebanyak 34 orang yang tengah dirawat di Rumah Sakit (RS) Al-Shifa meninggal akibat ketiadaan listrik untuk mengoperasikan peralatan medis. Sebanyak tujuh pasien yang meninggal adalah bayi.
Di tengah ketiadaan aliran listrik dan stok bahan bakar untuk generator pembangkit listrik, Israel terus meluncurkan serangan ke daerah RS Al-Shifa. Sejumlah saksi mata, seperti dikutip Al Arabiya mengungkapkan, tank-tank dan kendaraan lapis baja Israel hanya berjarak beberapa meter dari gerbang kompleks RS Al-Shifa.
Pengkonsentrasian armada tank dan kendaraan lapis baja Israel di dekat RS Al-Shifa bukan tanpa alasan. Israel telah menuduh bahwa Hamas membangun markas militer di bawah bangunan RS Al-Shifa. Oleh sebab itu Israel membidik RS tersebut.
Sementara itu Komisioner Eropa untuk Bantuan Kemanusiaan Janez Lenarcic menyerukan agar jeda dapat diterapkan dalam pertempuran di Gaza. Hal itu guna memungkinkan proses pengiriman bahan bakar ke wilayah tersebut. “Lebih dari separuh rumah sakit di Jalur Gaza berhenti berfungsi, terutama karena kekurangan bahan bakar. Bahan bakar sangat dibutuhkan,” ujarnya pada Senin lalu.
Sejauh ini Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berulang kali menolak seruan penerapan gencatan senjata. Dia menegaskan, penghentian pertempuran hanya dapat dilakukan jika Hamas telah membebaskan semua warga Israel yang diculiknya ketika mereka melakukan operasi infiltrasi ke wilayah Israel pada 7 Oktober 2023 lalu. Hamas dilaporkan menawan lebih dari 240 orang, terdiri dari warga Israel, warga Israel berkewarganegaraan ganda, dan warga asing.
Agresi Israel ke Gaza telah berlangsung hampir 40 hari. Sejauh ini agresi Israel sudah membunuh sedikitnya 11.180 warga Gaza. Lebih dari 4.600 di antaranya merupakan anak-anak.