REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Rumah Sakit Indonesia di Gaza menjadi pusat layanan kesehatan kebanggaan warga di sana. Melalui rumah sakit tersebut, mereka dapat mengobati berbagai macam penyakit.
Sejak Israel menyerang Gaza, rumah sakit tersebut menjadi rujukan warga yang mengalami luka dan mengidap penyakit berobat. Meski menjadi sentra pelayanan kesehatan, Israel tetap saja menyerang area sekitar rumah sakit.
Hal tersebut mengakibatkan fasilitas kesehatan itu mengalami gangguan. Pasien di sana yang seharusnya merasakan ketenangan, mendadak ketakutan, karena mendengar ledakan bom.
Kini rumah sakit tersebut berjalan tidak normal. Sarana listrik mengalami hambatan, sehingga pelayanan kesehatan tidak berjalan maksimal.
Ada kisah menarik di balik pembangunannya. Bermula dari kunjungan Menteri Kesehatan RI pada tahun 2004-2009 Siti Fadilah Supari, perwakilan pemerintah Palestina, yaitu menteri kesehatan di sana waktu itu menyampaikan permintaan.
“Ibu Menteri, jika saya sediakan lahan di Gaza, apakah bisa Anda membangun rumah sakit di sana,” kata si menteri kesehatan Palestina.
Tanpa berpikir panjang, Fadilah Supari langsung mengiyakan. Namun kemudian, dia sempat memikirkan, bagaimana ya cara membangun rumah sakit di sana. "Apakah menggunakan uang negara, ah bukan dengan cara itu?"
Dia kemudian memanggil teman dekatnya, (alm) Jose Rizal Jurnalis. Dia merupakan dokter yang kerap memberikan layanan kesehatan kepada korban bencana. Boleh dibilang dokter yang berani untuk hadir dalam situasi krisis.
Pengalaman Jose Rizal Jurnalis sungguh luar biasa. Dia merupakan dokter yang jiwanya terpanggil untuk membantu masyarakat korban bencana Tsunami Aceh pada 2004.
Bukan hanya itu, dia merupakan dokter yang juga terpanggil untuk membantu rakyat Palestina pada saat agresi Israel ke Gaza pada 2009.
Dia pernah menceritakan bagaimana korban bom fosfor di Palestina mengalami luka parah dan bagaimana cara menanganinya. Jose Rizal sangat mengerti, bagaimana kondisi di Palestina.
Lihat halaman berikutnya >>>