Selasa 14 Nov 2023 12:49 WIB

Tank Israel Kepung RS Al-Shifa di Gaza

Pasukan dan tank-tank Israel telah mengepung Rumah Sakit (RS) Al-Shifa di Kota Gaza

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Bayi-bayi di RS Al Shifa. Pasukan dan tank-tank Israel telah mengepung Rumah Sakit (RS) Al-Shifa di Kota Gaza, Jalur Gaza, Senin (13/11/2023).
Foto: AP Photo/Dr. Marawan Abu Saada
Bayi-bayi di RS Al Shifa. Pasukan dan tank-tank Israel telah mengepung Rumah Sakit (RS) Al-Shifa di Kota Gaza, Jalur Gaza, Senin (13/11/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Pasukan dan tank-tank Israel telah mengepung Rumah Sakit (RS) Al-Shifa di Kota Gaza, Jalur Gaza, Senin (13/11/2023). Sejak akhir pekan lalu, RS Al-Shifa telah kehabisan bahan bakar untuk mengoperasikan generator pembangkit listrik. Akibatnya, 34 pasien yang tengah dirawat di sana, termasuk tujuh bayi, meninggal karena peralatan medis tak bisa dioperasikan.

Setidaknya masih terdapat 650 pasien yang tengah dirawat RS Al-Shifa. Namun, pasukan dan armada tank Israel terus bergerak dan mengepung RS tersebut. Israel mengeklaim, Hamas memiliki markas militer di bawah bangunan RS Al-Shifa.

Baca Juga

“Tank-tank (Israel) berada di depan RS. Kami berada di bawah blokade penuh. Ini adalah wilayah yang sepenuhnya sipil. Hanya fasilitas rumah sakit, pasien rumah sakit, dokter dan warga sipil lainnya yang tinggal di rumah sakit. Seseorang harus menghentikan hal ini,” kata seorang ahli bedah di RS Al-Shifa, Dr Ahmed El Mokhallalati, saat diwawancara via telepon, dikutip Al Arabiya.

“Mereka (Israel) mengebom tangki (air), mengebom sumur air, dan juga mengebom pompa oksigen. Mereka mengebom semua yang ada di RS. Jadi, kami sulit bertahan. Kami sampaikan kepada semua orang, RS bukan lagi tempat yang aman untuk merawat pasien. Kami menyakiti pasien dengan menahan mereka di sini,” ujar El Mokhallalati.

Keterangan El Mokhallalati dikonfirmasi oleh Juru Bicara Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, Ashraf al-Qudra. Dia mengungkapkan, saat ini tank Israel telah ditempatkan di gerbang RS Al-Shifa. Sementara penembak jitu dan drone Israel terus menembaki RS tersebut. Hal itu menyulitkan para pasien dan petugas medis untuk bergerak. “Kami terkepung dan berada dalam lingkaran kematian,” ujar al-Qudra.

Israel telah memerintahkan warga sipil Gaza untuk pergi meninggalkan RS Al-Shifa. Israel pun sudah mendesak petugas medis mengevakuasi para pasien di RS tersebut ke fasilitas medis lain. Israel mengklaim telah berusaha mengevakuasi pasien-pasien bayi dari bangsal neo-natal dan meninggalkan 300 liter bahan bakar untuk mengoperasikan generator darurat di pintu RS. Namun menurut Israel, bahan bakar itu ditolak Hamas.

Al-Qudra mengatakan, 300 liter bahan bakar yang diberikan Israel hanya akan memberi pasokan listrik selama setengah jam bagi RS Al-Shifa. Dia menekankan, RS Al-Shifa membutuhkan 8.000 hingga 10 ribu liter bahan bakar per hari.

Dr Ahmed El Mokhallalati menambahkan, setelah tiga orang meninggal, terdapat 36 pasien yang masih hidup di unit neo-natal. “Kami memperkirakan akan kehilangan lebih banyak dari mereka dari hari ke hari,” ujarnya.

Sejauh ini Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berulang kali menolak seruan penerapan gencatan senjata. Dia menegaskan, penghentian pertempuran hanya dapat dilakukan jika Hamas telah membebaskan semua warga Israel yang diculiknya ketika mereka melakukan operasi infiltrasi ke wilayah Israel pada 7 Oktober 2023 lalu. Hamas dilaporkan menawan lebih dari 240 orang, terdiri dari warga Israel, warga Israel berkewarganegaraan ganda, dan warga asing.

Agresi Israel ke Gaza telah berlangsung hampir 40 hari. Sejauh ini agresi Israel sudah membunuh sedikitnya 11.180 warga Gaza. Lebih dari 4.600 di antaranya merupakan anak-anak.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement