Selasa 14 Nov 2023 17:07 WIB

RS Al-Shifa Gaza Gali Kuburan Massal untuk Makamkan 179 Jenazah

Mereka yang dimakamkan termasuk tujuh bayi dan 29 pasien ICU.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Jenazah warga Palestina yang tewas dalam serangan udara Israel, terlihat di dalam truk di rumah sakit al-Shifa di Kota Gaza.
Foto: AP Photo/Abed Khaled
Jenazah warga Palestina yang tewas dalam serangan udara Israel, terlihat di dalam truk di rumah sakit al-Shifa di Kota Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Rumah Sakit (RS) Al-Shifa di Jalur Gaza telah membuat kuburan massal di area kompleksnya untuk memakamkan 179 jenazah. Mereka yang dimakamkan termasuk tujuh bayi dan 29 pasien perawatan intensif yang meninggal sejak RS tersebut kehabisan stok bahan bakar untuk mengoperasikan generator pembangkit listrik akhir pekan lalu.

“Kami terpaksa menguburkan mereka di kuburan massal,” kata Direktur RS Al-Shifa Mohammad Abu Salmiyah, Selasa (14/11/2023), dilaporkan laman Gulf Today.

Baca Juga

Dia menambahkan, pada Selasa, seorang pria dan perempuan yang dirawat di unit perawatan intensif RS Al-Shifa meninggal. Dengan demikian, jumlah warga yang meninggal di unit tersebut sejak habisnya stok bahan bakar untuk mengoperasikan generator pembangkit listrik bertambah menjadi 29 orang.

“Ada banyak jenazah berserakan di kompleks RS dan tidak ada lagi listrik di kamar mayat,” ucap Abu Salmiyah. 

Sementara itu pasukan dan armada tank Israel telah mengepung RS Al-Shifa. Israel mengklaim bahwa Hamas membangun dan memiliki markas militer di bawah bangunan RS tersebut.

“Tank-tank (Israel) berada di depan RS. Kami berada di bawah blokade penuh. Ini adalah wilayah yang sepenuhnya sipil. Hanya fasilitas rumah sakit, pasien rumah sakit, dokter dan warga sipil lainnya yang tinggal di rumah sakit. Seseorang harus menghentikan hal ini,” kata seorang ahli bedah di RS Al-Shifa, Dr Ahmed El Mokhallalati, saat diwawancara via telepon, Senin (13/11/2023), dikutip Alarabiya.

“Mereka (Israel) mengebom tangki (air), mengebom sumur air, dan juga mengebom pompa oksigen. Mereka mengebom semua yang ada di RS. Jadi kami sulit bertahan. Kami sampaikan kepada semua orang, RS bukan lagi tempat yang aman untuk merawat pasien. Kami menyakiti pasien dengan menahan mereka di sini,” tambah El Mokhallalati.

Israel telah memerintahkan warga sipil Gaza untuk pergi meninggalkan RS Al-Shifa. Israel pun sudah mendesak petugas medis mengevakuasi para pasien di RS tersebut ke fasilitas medis lain. Saat ini terdapat setidaknya 650 pasien yang masih dirawat di RS Al-Shifa.

Menurut El Mokhallalati, setelah tiga orang meninggal, terdapat 36 pasien yang masih hidup di unit neo-natal. “Kami memperkirakan akan kehilangan lebih banyak dari mereka dari hari ke hari,” ujarnya.

Israel mengklaim telah berusaha mengevakuasi pasien-pasien bayi dari bangsal neo-natal dan mengirimkan 300 liter bahan bakar agar RS Al-Shifa dapat mengoperasikan generator darurat pembangkit listrik. Namun menurut Israel, bantua bahan bakar itu ditolak Hamas.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan di Gaza, Ashraf Al-Qudra, mengatakan, 300 liter bahan bakar yang diberikan Israel hanya akan memberi pasokan listrik selama setengah jam bagi RS Al-Shifa. Dia menekankan, RS Al-Shifa membutuhkan 8.000 hingga 10 ribu liter bahan bakar per hari.

Sejauh ini Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berulang kali menolak seruan penerapan gencatan senjata. Dia menegaskan, penghentian pertempuran hanya dapat dilakukan jika Hamas telah membebaskan semua warga Israel yang diculiknya ketika mereka melakukan operasi infiltrasi ke wilayah Israel pada 7 Oktober 2023 lalu.

Hamas dilaporkan menawan lebih dari 240 orang, terdiri dari warga Israel, warga Israel berkewarganegaraan ganda, dan warga asing.

Agresi Israel ke Gaza telah berlangsung hampir 40 hari. Sejauh ini agresi Israel sudah membunuh sedikitnya 11.180 warga Gaza. Lebih dari 4.600 di antaranya merupakan anak-anak. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement