REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Disney menjadi salah satu target tekanan non-boikot Gerakan Boycott, Divestment, Sanctions (BDS). Dalam laman BDS disebut Marvel Cinematic Universe (MCU) yang merupakan milik Disney aktif mempromosikan pahlawan super "Sabra" dalam film Captaian America berikutnya dengan melambangkan apartheid Israel.
Sabra digambarkan sebagai rekan Israel dari Captain America yang mengenakan bodysuit putih dengan lambang bintang David. Organisasi kebudayaan Palestina menyebut kedua perusahaan tersebut terlibat dalam “rasisme anti-Palestina, propaganda Israel, dan pengagungan kekerasan kolonial pemukim terhadap masyarakat adat.
Dukungan Disney terhadap Israel sangat jelas ketika CEO Walt Disney Robert A Iger pada oktober lalu dalam keterangan resminya menyampaikan telah memberikan bantuan kemanusiaan senilai 2 juta dolar AS atau Rp 31 miliar ke Israel.
Dalam keterangannya, Robert menyebut para pejuang Hamas telah melakukan aksi teror kepada warga Yahudi di Israel, sehingga pihaknya memberikan bantuan untuk menghormati para korban di Israel. Bahkan, ia dengan lantang mengutuk aksi serangan para pejuang Hamas terhadap Israel dan menyebutnya sebagai serangan terorisme.
"Kami akan terus berupaya mencari lebih banyak lagi agar bisa memberikan dukungan di kawasan tersebut (Israel) dan untuk menghormati para korban, keluarga mereka dan semua orang yang terkena dampak ini," tulisnya di laman resmi Walt Disney.
Adapun dari sumbangan 2 juta dolar AS tersebut, sebanyak 1 juta dolar AS atau Rp 15 miliar diberikan kepada rumah sakit pemerintah Israel yang terafiliasi dengan Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah yang menyediakan layanan medis darurat dan bank darah di kawasan tersebut. Sisanya, diberikan kepada organisasi nirlaba lain yang bekerja di Israel, khususnya bantuan untuk anak-anak.
Ia juga menambahkan, para karyawan Disney juga turut berpartisipasi memberikan donasi dengan program Disney's Matching Gifts. Tak main-main, sumbangan para karyawan Disney berhasil terkumpul hingga 25 ribu dolar AS atau sekitar Rp 392 juta.
Akibat donasi yang dilakukan Disney tersebut, seruan boikot Disney pun langsung ramai di media sosial, termasuk Indonesia. Seperti komika Soleh Solihun pada Jumat (10/11/2023) ia menuliskan di akun X miliknya @solehsolihun "100 tahun bikin karya untuk menghibur anak-anak, eh sekarang malah ngasih bantuan buat negara yang membunuh anak-anak. Shame on you @Disney."
Berbagai tanggapan pun membanjiri cuitan milik Soleh Solihun. Seperti @ameliawillys menuliskan, "Maaf @Disney aku hapus mimpi aku buat ke Disneyland." tulisnya.
Kemudian ada juga balasan dari @annisaaghfr, "sebagai pecinta Disney sejak balita.. aku sangat patah hati, tidak ada yang bisa dilakukan..bye Disney..".
Pernyataan CEO Walt Disney juga berdampak pada Film The Marvels menghadapi kenyataan pahit dengan menerima pendapatan akhir pekan pembukaan terburuk sepanjang sejarah MCU. Film terbaru MCU ini hanya menghasilkan 47 juta dolar AS (Rp 738,6 miliar) di dalam AS selama akhir pekan debutnya.
Prediksi awal menunjukkan bahwa film tersebut akan meraup antara 75 hingga 80 juta dolar AS di AS. Secara global, The Marvels hanya mengumpulkan 63,3 juta dolar AS (Rp 994,8 miliar) dalam penjualan tiket, menjadikan perolehan totalnya menjadi 110,3 juta dolar AS (Rp 1,7 triliun).
Meskipun para kritikus tidak begitu antusias terhadap The Marvels, yang memberikan film tersebut 62 persen di Rotten Tomatoes, penonton lebih menerima film ini dengan skor 85 persen. Namun, Disney masih harus berjuang keras untuk menarik penonton ke bioskop untuk film MCU ke-33 itu.
Perlu diingat juga, selain mendukung genosida, Disney melalui Marvel Studios juga secara terbuka menyatakan dukugannya terhadap komunitas LGBT.
"Kami mengecam keras setiap dan semua undang-undang yang melanggar hak asasi manusia komunitas LGBTQIA+. Marvel Studios melambangkan harapan, inklusivitas, dan kekuatan, dan kami dengan bangga berdiri bersama komunitas," tulis Marvel Studios lewat sebuah pernyataan di Twitter pada Rabu (16/3/2022).
CEO Disney Bob Chapek saat itu mendapat kecaman setelah sebuah memo bocor. Isinya menjelaskan keputusan Disney untuk tetap diam tentang undang-undang kontroversial tersebut. Sementara itu, petinggi Disney menyatakan bahwa mereka dengan tegas mendukung karyawan LGBTQ+.
"Pernyataan perusahaan tidak banyak mengubah hasil atau pikiran. Sebaliknya, mereka sering dipersenjatai oleh satu pihak atau pihak lain untuk memecah belah dan mengobarkan lebih jauh. Sederhananya, mereka bisa menjadi kontraproduktif dan merusak cara yang lebih efektif mencapai perubahan,” kata para petinggi.
Adapun, harga saham Disney (DIS) pada kurun Oktober-November 2023 masih di atas 80 dolar AS per saham. Disney pernah berada di harga paling rendah pada perdagangan Jumat (27/10/2023) yang hanya sebesar 79,33 dolar AS dan Kamis (26/10/2023) sebesar 79,78 dolar AS per saham.
Sementara layanan video streaming milik Disney, Disney+ secara global mencatat kenaikan 2,8 persen jumlah pelanggan menjadi 150,2 juta pada November 2023. Sebelumnya, jumlah pelanggan Disney+ pada kuartal III 2023 hanya sebesar 146,1 juta pelanggan. Layanan streaming ini diproyeksikan bakal meraup 60 hingga 90 juta pelanggan pada 2024.