REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perempuan yang tidur kurang dari tujuh jam per malam memiliki risiko lebih besar untuk mengalami diabetes tipe 2. Dampak ini tampak lebih signifikan pada perempuan yang sudah memasuki masa menopause.
Peningkatan risiko ini bisa terjadi karena kurang tidur, meski hanya 90 menit, bisa meningkatkan resistensi insulin pada perempuan. Resistensi insulin merupakan kondisi ketika sel-sel di dalam tubuh tidak dapat merespons insulin dengan baik. Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh tubuh untuk meregulasi kadar gula di dalam darah.
"Sepanjang masa hidup mereka, perempuan kerap mengalami banyak perubahan kebiasaan tidur karena mengandung, merawat anak, dan menopause," kata ketua tim peneliti dari Columbia University, Prof Marie-Pierre St-Onge, seperti dilansir The Sun pada Rabu (15/11/23).
Menurut studi, tidur kurang dari tujuh jam per malam yang berlangsung selama enam pekan sudah bisa memicu beragam perubahan di dalam tubuh. Perubahan-perubahan inilah yang kemudian meningkatkan risiko diabetes tipe 2 pada perempuan.
Resistensi insulin tampak mengalami peningkatan hampir 15 persen pada perempuan yang kurang tidur. Peningkatan resistensi insulin ini melonjak hingga lebih dari 20 persen pada kelompok perempuan pascamenopause.
Temuan ini mengindikasikan bahwa kurang tidur, meski hanya sedikit, dapat memberikan efek yang signifikan terhadap kesehatan. Berkaitan dengan hal ini, National Health Service di Inggris merekomendasikan agar orang dewasa tidur selama 7-9 jam per malam.
National Health Service juga menyatakan bahwa ada banyak orang dewasa yang hidup dengan diabetes tipe 2, namun tidak menyadarinya. Oleh karena itu, penting bagi semua orang untuk mengenali dan mewaspadai beragam gejala diabetes tipe 2. Dengan mewaspadai gejalanya, diabetes tipe 2 bisa didiagnosis dan diterapi lebih awal.