REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) melaporkan, utang luar negeri (ULN) swasta tetap terkendali. Hanya saja, BI mencatat pada kuartal III 2023 masih melanjutkan kontraksi pertumbuhan.
"Posisi ULN swasta pada akhir kuartal III 2023 tercatat sebesar 196,0 miliar dolar AS yang lebih tinggi dibandingkan dengan posisi kuartal sebelumnya sebesar 194,6 miliar dolar AS," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam pernyataan tertulisnya, Rabu (15/11/2023).
Secara tahunan, Erwin mengungkapkan, ULN swasta kembali mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 3,8 persen. Pertumbuhan tersebut melanjutkan kontraksi pada kuartal II 2023 sebesar 5,3 persen secara tahunan.
"Kontraksi pertumbuhan ULN tersebut bersumber dari lembaga keuangan atau financial corporations dan perusahaan bukan lembaga keuangan atau nonfinancial corporations yang masing-masing mengalami kontraksi sebesar 3,5 persen dan 3,9 persen secara tahunan," kata Erwin.
Berdasarkan sektor ekonomi, Erwin mengungkapkan ULN swasta terbesar berasal dari sektor industri pengolahan. Lalu juga berasal dar jasa keuangan dan asuransi, pengadaan listrik, gas, uap atau air panas, dan udara dingin, serta pertambangan dan penggalian dengan pangsa mencapai 78,4 persen dari total ULN swasta.
"ULN swasta juga tetap didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 75,7 persen terhadap total ULN swasta," ujar Erwin.
Sebelumnya, BI mencatat ULN Indonesia pada kuartal III 2023 turun dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Posisi ULN Indonesia pada akhir kuartal III 2023 tercatat sebesar 393,7 miliar dolar AS yang turun dibandingkan dengan posisi ULN pada akhir kuartal II 2023 mencapai 396,5 miliar dolar AS.