Rabu 15 Nov 2023 18:05 WIB

Hampir 15 Ribu Bayi akan Lahir di Masa Krisis Gaza

Sekitar 15 persen perempuan kemungkinan mengalami komplikasi terkait kelahiran.

Rep: Rossi Handayani / Red: Friska Yolandha
Foto ini yang dirilis oleh Dr. Marawan Abu Saada menunjukkan bayi -bayi Palestina yang lahir sebelum waktunya di Rumah Sakit Shifa di Kota Gaza pada hari Minggu, 12 November 2023. Ketika pihak berwenang Palestina mengusulkan evakuasi rumah sakit terbesar Gaza, para ahli memperingatkan bahwa mengangkut bayi yang rentan dan pasien lainnya berbahaya bahkan dalam keadaan terbaik.
Foto: Dr. Marawan Abu Saada via AP
Foto ini yang dirilis oleh Dr. Marawan Abu Saada menunjukkan bayi -bayi Palestina yang lahir sebelum waktunya di Rumah Sakit Shifa di Kota Gaza pada hari Minggu, 12 November 2023. Ketika pihak berwenang Palestina mengusulkan evakuasi rumah sakit terbesar Gaza, para ahli memperingatkan bahwa mengangkut bayi yang rentan dan pasien lainnya berbahaya bahkan dalam keadaan terbaik.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Organisasi Save the Children pada Selasa (14/11/2023) menyatakan, hampir 15 ribu bayi diperkirakan akan lahir di Gaza antara 7 Oktober hingga akhir tahun 2023. Semuanya berada dalam risiko besar di tengah meningkatnya kekerasan dan dengan perawatan medis, air, dan makanan pada tingkat krisis.

“Sekitar 15 persen wanita yang melahirkan kemungkinan besar mengalami kehamilan atau komplikasi terkait kelahiran,” kata organisasi kemanusiaan tersebut dalam siaran persnya, dilansir dari laman Anadolu Agency pada Rabu (15/11/2023).

Baca Juga

Proyeksi mereka didasarkan pada data PBB baru-baru ini yang memperkirakan bahwa sekitar 180 perempuan melahirkan setiap hari di wilayah kantong Palestina yang terkepung dan menyumbang angka kelahiran kembar di wilayah pendudukan Palestina.

“Air bersih langka, makanan dan obat-obatan semakin menipis, dan perempuan hamil atau menyusui kesulitan mendapatkan makanan. Rumah sakit dan fasilitas kesehatan yang sudah menghadapi kekurangan parah kini diserang, menyebabkan ribuan pasien, termasuk perempuan hamil dan bayi baru lahir, berada dalam bahaya besar," sebut pernyataan itu.