REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) menyampaikan, Gedung Landmark BSI Aceh menggunakan teknologi modern dan desain dengan kearifan lokal masyarakat Bumi Serambi Mekah.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengungkapkan, hal ini menjadi simbol kemajuan Provinsi Aceh yang semakin modern dan tetap berpegang teguh pada nilai agama dan budaya. Akan tersedia pula media publikasi videotron yang menyatu dengan sisi luar gedung sebagai media publikasi publik pertama di Aceh.
"Pembangunan gedung ini tidak akan meninggalkan unsur-unsur budaya dan kearifan lokal Aceh yang sering disebut sebagai Kota Serambi Makkah. Apalagi, Islam adalah agama wad'un ilahiyyun, senantiasa sejalan dengan budaya masyarakat selama budaya tersebut tidak bertentangan dengan ajaran Islam," kata Hery dalam peresmian topping off Gedung Landmark BSI Aceh, Rabu (15/11/2023).
Adapun dalam pembangunan gedung tersebut, BSI menggandeng PT PP (Persero) Tbk sebagai kontraktor. Direktur Operasi Bidang Gedung PT PP (Persero) Tbk Yuyus Juarsa mengatakan, Gedung Landmark BSI Aceh merupakan gedung yang dibangun dengan konsep green building dengan sertifikasi Gold.
Menurut Yuyus, gedung tersebut mengusung semangat ramah lingkungan dan hemat energi. Hal itu terlihat dengan teknologi terkini yang digunakan. Seperti penggunaan Building Automation System sebagai perangkat hemat energi, Rain Water Harvest (RWH) atau pemanfaatan air hujan untuk kebutuhan operasional gedung.
Selain itu, Gedung Landmark BSI Aceh menggunakan desain kaca fasad DGU (Double Glass Unit) dengan rongga udara di antara kaca ganda. Desain fasad demikian mampu mereduksi panas matahari untuk mengurangi pemakaian pendingin ruangan. Tidak hanya itu, sumber kelistrikan gedung ini juga menggunakan sumber daya panel surya atap dan menjadi salah satu yang terbesar di Aceh.
"Dengan adanya penerapan teknologi tersebut, Gedung Landmark BSI Aceh menjadi bangunan perkantoran pertama di Aceh yang memperoleh sertifikasi Gold dalam penerapan green building," kata Yuyus.