Rabu 15 Nov 2023 20:55 WIB

Renungan Hijrah Hidup di Dunia: Surga atau Neraka Tempat Kita Kembali?

Surga atau neraka akan menjadi salah satu rumah akhir manusia

Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi Surga. Surga atau neraka akan menjadi salah satu rumah akhir manusia
Foto: Pixabay
Ilustrasi Surga. Surga atau neraka akan menjadi salah satu rumah akhir manusia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Ketika seseorang hidup dalam gelimang kemewahan, lebih-lebih di saat materi diagung-agungkan sedemikian rupa sehingga menjadi parameter baik-buruknya seseorang. 

Kemudian, muncul kesadaran akan adanya surga dan neraka, maka hal itu menjadi suatu anugerah dan hidayah yang tiada terkira. Karena beragam perilaku menyimpang, antara lain, dipicu lantaran seseorang melupakan surga dan neraka.

Baca Juga

Takut terhadap neraka dan merindukan surga adalah bagian iman yang sangat penting dan keyakinan ini pulalah yang mewarnai kehidupan manusia. 

Di kalangan sahabat, banyak yang rela mengorbankan apa pun, termasuk jiwanya, demi meraih surga. Misalnya, Umair bin Hamam, yang syahid dalam Perang Badar, dan Amru bin Jamuh yang gugur dalam Perang Uhud. Kedua sahabat ini dijanjikan surga oleh Rasulullah SAW yang luasnya seluas langit dan bumi. 

Kalau Nabi juga bersabda, “Haji  yang mabrur, tiada balasan baginya kecuali surga,” (HR Bukhari dan Muslim), seyogianya hal itu menginspirasi para haji (hujjaj) untuk terus merindukan surga, sehingga yang tampil darinya adalah sifat-sifat ahli surga. 

Setara dengan kerinduan terhadap surga adalah ketakutan terhadap neraka. Banyak sahabat dan shalafush-shalih yang sudah mencontohkannya. Dengan kondisi jiwa seperti inilah, diharapkan bisa mendorong seseorang untuk beramal sebanyak mungkin dan meredam sekecil apa pun dosa. 

Diriwayatkan dari Abu Ayyash al-Qathan, dia mengatakan, ada seorang raja yang hartanya melimpah ruah. Dia hanya mempunyai seorang putri yang sangat dicintai dan disayanginya. 

Sang raja sangat memanjakan putri kesayangannya itu dengan aneka rupa harta. Dan yang demikian berlangsung sekian lama. 

Sementara di samping raja itu ada seorang ahli ibadah. Dan ketika suatu malam dia membaca Alquran, suaranya meninggi ketika membaca ayat berikut:  

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

 

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS at-Tahrim 6).  

Ketika pelayannya mendengar, dia pun mengingatkan tetangganya itu. “Berhentilah!” Namun, si abid (ahli ibadah) tetap melanjutkan dan malah mengulang-ulang membaca ayat itu. 

Si pelayan terus mengingatkan agar si abid berhenti membaca ayat itu. Namun, si abid tetap tak berhenti. 

Mendengar ayat tersebut, putri raja meletakkan tangannya ke kantong seraya merobek-robek bajunya. Kemudian, para pelayannya datang menemui raja, seraya menceritakan apa yang terjadi. 

Raja pun menemui buah hatinya. “Duhai sayang, apa yang terjadi denganmu sejak semalam? Apa yang menyebabkanmu menangis?” ujar sang raja. 

Sang putri menjawabnya dengan mengutarakan pertanyaan. “Wallahi (demi Allah), saya ingin bertanya kepada ayah, 'Apakah Allah punya rumah yang di dalamnya ada api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu?” Sang raja mengiyakannya. 

“Lantas apa yang menghalangi ayah untuk menceritakan hal itu padaku? Wallahi, saya tidak bisa makan dengan enak dan tidak bisa tidur dengan pulas, sampai saya tahu di mana kediaman saya kelak yaitu di surga atau neraka?”

photo
Enam golongan orang yang masuk surga (ilustrasi) - (republika)
photo
Enam golongan orang yang masuk surga (ilustrasi) - (republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement