Rabu 15 Nov 2023 22:54 WIB

BRIN: Indonesia Perlu Tentukan Positioning di Pasar Hidrogen Global

Indonesia memiliki potensi sumber daya alam EBT melimpah.

Red: Lida Puspaningtyas
Penggunaan solar panel berkapasitas 10 kWp di Pabrik Tuban, Jawa Timur, sebagai salah satu inisiatif pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) dan dukungan terhadap program pemerintah dalam percepatan pemanfaatan energi yang ramah lingkungan.
Foto: Dok Republika
Penggunaan solar panel berkapasitas 10 kWp di Pabrik Tuban, Jawa Timur, sebagai salah satu inisiatif pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) dan dukungan terhadap program pemerintah dalam percepatan pemanfaatan energi yang ramah lingkungan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi BRIN Eniya Listiani Dewi memandang bahwa Indonesia perlu menentukan positioning atau menempatkan posisinya di dalam pasar perdagangan hidrogen global agar tidak kehilangan peluang di masa depan.

"Kita akan menjadi salah satu sasaran (pasar) juga bagi mereka (industri hidrogen Australia). Jangan sampai ini terjadi. Mereka baru membuat tatanan, jadi ada baiknya Indonesia mulai menempatkan diri, bagaimana positioning kita," kata Eniya dalam webinar "Energi Hijau dan Reduksi Emisi Karbon" di Jakarta, Rabu (15/11/2023).

Baca Juga

Eniya mengatakan, saat ini berbagai negara di dunia sudah menempatkan posisinya di pasar hidrogen global salah satunya termasuk Australia yang memiliki fokus pada pasar ekspor hidrogen.

Menurut dia, Australia juga sudah memetakan potensi hidrogen yang mereka produksi secara detail. Pembuat hidrogen cair (liquid hydrogen) di Australia juga mulai banyak bertumbuh. Oleh sebab itu, langkah-langkah tersebut perlu diwaspadai oleh Indonesia.

Dia mengingatkan bahwa Indonesia memiliki potensi sumber daya alam melimpah yang dapat dimanfaatkan untuk memproduksi hidrogen hijau, misalnya gasifikasi batu bara untuk menghasilkan hidrogen sementara karbonnya dapat ditangkap secara efisien dengan menggunakan teknologi carbon capture.

Eniya menyebutkan bahwa terdapat 40 negara di dunia yang sudah memiliki peta jalan (roadmap) hidrogen. Bahkan, Malaysia sudah meluncurkan Hydrogen Economy and Technology Roadmap (HETR) belum lama ini.

Menurut dia, kehadiran peta jalan tersebut penting karena menjadi pegangan bagi para investor yang mempertimbangkan rencana investasi pengembangan energi hijau. Namun, sejauh ini Indonesia masih dalam proses menggodok peta jalan hidrogen nasional. Diharapkan, peta jalan yang memuat target pengembangan hidrogen hingga 2060 itu selesai dalam waktu dekat.

"Sekarang roadmap hidrogen sedang dibahas di nasional. Setelah ada inisiasi dari BRIN serta Indonesia Fuel Cell and Hydrogen Energy (IFHE), strategi hidrogen nasional sekarang sedang dibuat oleh Kementerian ESDM. Di dalamnya ada peta jalan hidrogen dan amonia nasional, juga mengenai hulu-hilir supply chain atau rantai pasoknya seperti apa," kata Eniya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement