Kamis 16 Nov 2023 09:16 WIB

Warga Gaza Meninggal Akibat Serangan Israel Jadi 11.500, Mayoritas Perempuan dan Anak-Anak

Jumlah korban luka-luka telah mencapai 29.800 orang.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Fernan Rahadi
Warga Palestina mencari korban selamat dari pemboman Israel di kamp pengungsi Maghazi di Jalur Gaza pada Minggu, 5 November 2023.
Foto: AP Photo/Hatem Moussa
Warga Palestina mencari korban selamat dari pemboman Israel di kamp pengungsi Maghazi di Jalur Gaza pada Minggu, 5 November 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA --- Kantor media pemerintah di Gaza pada hari Rabu (15/11/2023), mengumumkan bahwa jumlah korban tewas akibat serangan udara Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober telah meningkat menjadi 11.500 orang, termasuk 4.710 anak-anak dan 3.160 perempuan. 

"Jumlah kematian di kalangan tenaga medis telah mencapai 200 orang," kata kantor tersebut dalam sebuah pernyataan di Telegram.

Baca Juga

Lebih lanjut dikatakan bahwa 22 personel pertahanan sipil dan 51 wartawan juga telah tewas. Sementara jumlah korban luka-luka telah mencapai 29.800 orang, dengan sekitar 70 persen di antaranya adalah anak-anak dan perempuan. 

Jumlah korban terakhir yang diumumkan oleh kantor tersebut pada hari Selasa (14/11/2023), adalah 11.320 korban jiwa, termasuk 4.650 anak-anak dan 3.145 wanita. 

Pernyataan pada hari Rabu mengatakan bahwa 95 gedung pemerintah dan 255 sekolah telah hancur. Sebanyak 74 masjid hancur total dan 162 rusak sebagian, selain tiga gereja.

Dikatakan bahwa tentara Israel menargetkan 52 pusat kesehatan dan 55 ambulans, sementara sudah 25 rumah sakit di Gaza tidak lagi beroperasi. 

"Tentara Israel menyerang banyak pasien, orang-orang yang terluka, dan orang-orang yang terlantar, serta beberapa staf medis dan perawat di dalam Kompleks Medis Al-Shifa, memaksa mereka untuk menanggalkan pakaian dan melakukan penghinaan terhadap mereka," kata pernyataan itu menambahkan.

Setelah mengepung selama berhari-hari, tentara Israel pada hari Rabu (15/11/2023) waktu setempat menyerbu Kompleks Medis Al-Shifa di Kota Gaza. Kantor pemerintah menyatakan penjajah Israel dan masyarakat internasional, khususnya Amerika Serikat, bertanggung jawab penuh atas kejahatan perang terorganisir yang dilakukan oleh tentara penjajah terhadap rumah sakit dan menyerukan pembukaan segera penyeberangan Rafah dan masuknya bantuan.

Sebelumnya, otoritas pengawas telekomunikasi Palestina memperingatkan bahwa layanan komunikasi di Gaza akan terhenti total dalam beberapa jam ke depan karena kekurangan bahan bakar. 

Dalam sebuah pernyataan terpisah, kantor media pemerintah memperingatkan bahwa pemadaman layanan komunikasi akan berkontribusi pada penyembunyian semua bukti kejahatan perang yang dilakukan oleh tentara penjajah Israel sepanjang waktu terhadap rumah sakit, rumah-rumah yang aman, dan 2,3 juta orang di Jalur Gaza.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement