Kamis 16 Nov 2023 17:40 WIB

Pasukan Israel Hancurkan Gudang Penyimpanan Obat dan Peralatan Medis di RS Al-Shifa

Pasukan Israel menangkap 200 orang di RS Al-Shifa untuk diinterograsi

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Militer Israel (Ilustrasi)
Foto: nytimes
Militer Israel (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Pasukan Israel kembali menggerebek Rumah Sakit al-Shifa di Gaza untuk kedua kalinya pada Kamis (16/11/2023) pagi. Fasilitas tersebut menampung ribuan pasien, staf medis, dan pengungsi Palestina yang menurut saksi mata tidak diizinkan untuk pergi.

Laporan Aljazirah menyatakan, buldoser dan tank Israel dilaporkan telah memasuki kompleks rumah sakit, merusak dinding fasilitas tersebut. Dokter dan pekerja medis lainnya juga dilaporkan diinterogasi.

Baca Juga

Tank dan pasukan Israel pertama kali memasuki kompleks al-Shifa pada Rabu (14/11/2023) dini hari. Tindakan itu dilakukan setelah mengepung dan membombardir fasilitas tersebut selama berhari-hari.

Israel mengklaim al-Shifa digunakan sebagai pusat komando Hamas tetapi mereka belum menghasilkan bukti yang mendukung pernyataan tersebut. Sedangkan Hamas menolak tuduhan tersebut dan telah mengundang PBB untuk mengirim penyelidik untuk memverifikasi kebenarannya.

“Ini adalah rumah sakit sipil. Tidak ada anggota Hamas di Rumah Sakit al-Shifa,” ujar direktur jenderal rumah sakit di Jalur Gaza Mohammed Zaqout.

“Tidak ada aktivitas militer di al-Shifa. Yang terjadi hanyalah di sekitar rumah sakit tetapi di dalam rumah sakit, semua orang adalah warga sipil," katanya.

Lebih dari 24 jam setelah pasukan Israel pertama kali menggerebek kompleks tersebut, mereka gagal memberikan bukti apa pun yang menghubungkan rumah sakit tersebut dengan Hamas. Kegagalan dalam konfirmasi ini hanya mengakibatkan kehancuran besar-besaran di rumah sakit.

Gedung khusus bedah dirusak, kemudian tentara Israel meledakkan gudang obat-obatan dan peralatan medis di dalam rumah sakit. Para saksi mata melaporkan, sekitar 200 orang ditutup matanya dan diinterogasi serta dibawa ke daerah yang tidak diketahui.

Sekretaris jenderal Inisiatif Nasional Palestina Mustafa Barghouti menggambarkan invasi Israel terhadap al-Shifa sebagai induk dari semua skandal. Dia mempertanyakan alasan tentara Israel perlu menduduki rumah sakit selama berhari-hari untuk menemukan bukti.

“Dalam prosesnya, mereka membahayakan nyawa pasien rumah sakit [dan] staf rumah sakit,” kata Barghouti.

Amerika Serikat (AS) terus mendorong narasi Israel bahwa al-Shifa digunakan sebagai markas militer oleh Hamas. Namun Washington membantah memberikan lampu hijau kepada Tel Avi untuk melakukan serangan. Presiden AS Joe Biden juga meminta Israel untuk sangat berhati-hati dalam operasinya di al-Shifa.

Sementara itu, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang menyerukan jeda kemanusiaan di Gaza pada Rabu malam, tetapi Israel menolaknya. Duta besar Israel untuk PBB Gilad Erdan mengatakan, resolusi tersebut tidak ada artinya dan penyebutannya tidak sesuai dengan kenyataan.

Serangan Israel di Gaza terus berlanjut selama 41 hari berturut-turut, setelah pejuang Hamas memasuki Israel pada 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.200 orang. Sejak itu, Israel telah membunuh lebih dari 11.300 warga Palestina di Gaza. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement