REPUBLIKA.CO.ID, Seperti Indonesia beberapa negara lain seperti Amerika Serikat, negara-negara Afrika dan Filipina mengakui kemampuan A-29 Super Tucano. Pesawat tempur yang diproduksi perusahaan kedirgantaraan Brasil, Embraer merupakan pesawat serang ringan yang diakui karena keandalan dan efektivitasnya dalam berbagai misi.
Dikutip dari situs kedirgantaraan Air Force-Technology, Embraer memulai pengembangan Super Tucano pada 1995. Tujuan awalnya untuk membangun pesawat patroli perbatasan untuk Sistema de Vigilancia da Amazonia (SIVAM) di hutan tropis Amazon. Produksi pertama pesawat itu selesai pada 1999.
Air Force Technology mengatakan pada bulan Agustus 2001 Angkatan Udara Brasil memberikan kontrak kepada Embraer untuk 76 pesawat Super Tucano/ALX dengan opsi untuk 23 pesawat lainnya. 51 dari pesawat ini adalah versi dua kursi, yang dinamakan AT-29, yang menggantikan pesawat jet latih canggih AT-26 Xavante, sedangkan 25 pesawat lainnya adalah versi A-29 ALX dengan satu kursi.
Pesawat pertama dikirim pada Desember 2003. Pada September 2007, 50 pesawat mulai beroperasi. Pesawat A-29 ke-99 dan terakhir dikirimkan pada Juni 2012.
A-29 Super Tucano dipilih lebih dari 15 angkatan udara di seluruh dunia. Desainnya banyak mengambil inspirasi dari kesuksesan EMB 312 Tucano, dengan peningkatan pada avionik, sistem senjata, dan kinerja secara keseluruhan.
Air-Force Technology mengatakan Super Tucano merupakan pesawat yang tahan lama dan serbaguna yang dilengkapi dengan pengaturan turboprop yang kuat. Pesawat ini diklaim sebagai satu-satunya pesawat bersertifikasi tipe militer di kelas serang ringan. Pesawat ini memastikan biaya operasional dan pemeliharaan yang rendah.
ALX mampu mengoperasikan misi siang dan malam dari pangkalan terpencil dan landasan pacu yang tidak beraspal dengan dukungan darat yang minimal.
Selubung penerbangan pesawat ini adalah 7g dan -3,5g. Ukuran, tanda visual dan radarnya yang kecil, serta kecepatan dan kelincahan yang tinggi, membuat pesawat ini memiliki kemampuan bertahan yang tinggi. Fitur kemampuan bertahan tambahan termasuk perlindungan lapis baja dan redundansi sistem kritis.
Desainnya mencakup mesin turboprop Pratt & Whitney Canada PT6A-68C, memberikan kinerja yang luar biasa dan efisiensi bahan bakar.
Pesawat ini dilengkapi dengan avionik canggih, termasuk paket sensor yang mutakhir, tampilan kepala atas (HUD), layar multi-fungsi (MFD), dan kokpit yang kompatibel dengan goggle penglihatan malam (NVG).
Sistem-sistem ini meningkatkan kesadaran situasional dan kemampuan misi, memungkinkan penargetan yang tepat dan pelaksanaan misi dengan efektif.
A-29 Super Tucano dapat melakukan berbagai misi. Peran utamanya mencakup pendukung udara dekat, pemetaan senjata, counter-insurgency, dan pengumpulan intelijen.
Dengan kemampuannya untuk membawa berbagai senjata, termasuk senjata mesin, bom, roket, dan amunisi terpandu presisi, pesawat ini dapat secara efektif melibatkan target baik darat maupun udara.
Selain itu, kegesitan, manuverabilitas, dan penanganan pada kecepatan rendah membuatnya sangat cocok untuk beroperasi di lingkungan sulit. Kemampuan lepas landas dan mendarat pendek (STOL) memungkinkannya beroperasi dari landasan pendek dan tidak dipersiapkan, memberikan fleksibilitas dan akses yang lebih besar ke daerah terpencil.
A-29 Super Tucano telah meraih kesuksesan yang signifikan di pasar internasional, dengan berbagai negara memilihnya untuk memperkuat kemampuan udara mereka. Pesawat ini mengalami modifikasi untuk sesuai dengan persyaratan khusus, menghasilkan varian khusus seperti A-29B, A-29C, dan A-29 Super Tucano A-29B Ground Attack (GA).
Banyak negara, termasuk Amerika Serikat, Afghanistan, Brasil, Kolombia, Indonesia, Lebanon, dan Nigeria, mengintegrasikan A-29 ke dalam angkatan udara mereka atau telah menunjukkan minat untuk memperoleh pesawat ini karena efektivitas biayanya dan kinerja yang terbukti dalam pertempuran.
Dikutip dari Defence News pada tahun 2017 lalu Amerika Serikat dan Filipina memesan A-29 Super Tucano. Negara-negara Afrika seperti Mali dan Ghana sudah memesannya lebih dahulu pada tahun 2015.
Dalam laporan Defence News tahun itu disebutkan kedua negara mengerahkan pesawat A-29 sebagai pesawat latih dan misi keamanan internal lainnya, termasuk intelijen, pengawasan, dan pengintaian (ISR).
Signifikansi A-29 Super Tucano dalam perang modern terletak pada kemampuannya untuk melakukan operasi yang tepat dan terarah terhadap ancaman-asimetris. Efektivitas biaya, kemudahan perawatan, dan kemampuannya yang dapat disesuaikan menjadikannya aset yang tak ternilai bagi negara-negara yang menghadapi pemberontakan, perang asimetris, atau kebutuhan akan pengawasan perbatasan yang efektif.
Spesifikasi:
Kru: 2 Orang
Panjang: 11,79 m (38,7 kaki)
Lebar sayap: 11,13 m (36,5 kaki)
Tinggi: 5,13 m (16,8 kaki)
Berat kosong: 2.810 kg (6.195 lb)
Berat lepas landas maksimum: 5.260 kg (11.600 lb)
Mesin: Turboprop Pratt & Whitney Canada PT6A-68C
Power: 1.348 kW (1.804 hp)
Kecepatan maksimum: 593 km/jam (368 mph)
Ketinggian maksimum pesawat selama operasi normal: 11.000 m (36.000 kaki)
Jangkauan: 3.150 km (1.960 mil)
Persenjataan: 12 titik tembak untuk berbagai senjata, termasuk roket, dan bom.
Harga pesawat ini bervariasi tergantung pada konfigurasi dan opsi spesifik yang dipilih oleh pelanggan. Namun dalam artikel di situs Blog Before Flight disebutkan harga Super Tucano sekitar 10 juta dolar AS dan biaya sekali terbang per jamnya sekitar 1.000 dolar AS.