Kamis 16 Nov 2023 23:32 WIB

Warga Myanmar Utara Lintasi Perbatasan China Cari Perlindungan

Myanmar menghadapi serangan besar-besaran di tiga negara bagian.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning berbicara saat konferensi pers di Kementerian Luar Negeri di Beijing, China, 24 Maret 2023
Foto: EPA-EFE/MARK R. CRISTINO
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning berbicara saat konferensi pers di Kementerian Luar Negeri di Beijing, China, 24 Maret 2023

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Mao Ning mengakui sejumlah warga Myanmar utara sudah melintasi perbatasan China untuk mencari perlindungan akibat konflik di Myanmar.

"Sejak pecahnya pertempuran di Myanmar bagian utara, beberapa orang dari Myanmar telah melintasi perbatasan menuju China untuk mencari perlindungan dari konflik," kata Mao kepada media di Beijing, China, Kamis (16/11/2023).

Baca Juga

Pertempuran besar pecah beberapa pekan terakhir di Myanmar utara di mana pasukan aliansi etnis minoritas yang memperjuangkan hak menentukan nasib sendiri, melancarkan serangan terkoordinir ke posisi-posisi junta. Junta Myanmar mengaku kehilangan kendali di beberapa kota perbatasan, termasuk Chinshwehaw di sebelah provinsi Yunnan, China.

"Atas dasar kemanusiaan dan persahabatan, China telah merawat orang-orang ini dan melakukan segala upaya untuk mengobati mereka yang sakit dan terluka," tambah Mao.

Dia mengutuk tindakan apa pun yang membahayakan nyawa orang-orang yang melarikan diri dari konflik dan mendesak pihak-pihak bertikai di Myanmar utara untuk menghentikan konflik sesegera mungkin.

"Sehingga orang-orang ini dapat kembali ke rumah mereka sesegera mungkin dan melanjutkan kehidupan dan pekerjaan normal," ungkap Mao.

Mao mengungkapkan China terus memantau cermat konflik di Myanmar utara.

"Kami mendesak pihak-pihak terkait untuk segera melakukan gencatan senjata, menyelesaikan perbedaan secara damai melalui dialog, menghindari eskalasi situasi dan mengambil langkah-langkah efektif untuk menjamin keamanan dan stabilitas di perbatasan China-Myanmar," tambah Mao.

Myanmar menghadapi serangan besar-besaran di tiga negara bagian, meliputi Shan di timur laut, Kayah di timur dan Rakhine di barat. Juru Bicara Junta Myanmar Zaw Min Tun mengatakan beberapa posisi militer telah dievakuasi karena pemberontak menggunakan drone untuk menjatuhkan ratusan bom di pos-pos militer.

Di ibu kota Naypyidaw, staf pemerintah telah diperintahkan membentuk unit guna menanggapi situasi darurat.

Pemerintahan paralel yang dibentuk para politisi prodemokrasi penentang militer dan bersekutu dengan beberapa faksi pemberontak, melancarkan operasi militer "Jalan Menuju Naypyidaw" untuk menguasai ibu kota.

Myanmar dilanda anarki sejak kudeta 2021 yang menggulingkan pemerintah pimpinan peraih Nobel Aung San Suu Kyi.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement