Jumat 17 Nov 2023 10:45 WIB

Spin-Off Bisnis Cloud Batal, Saham Alibaba di Hong Kong Anjlok

Ini disebabkan ketidakpastian pembatasan AS terhadap penggunaan cip.

Rep: Novita Intan/ Red: Fuji Pratiwi
 Wanita mengenakan masker berjalan melewati kantor perusahaan e-commerce China Alibaba di Beijing, Senin, 13 Desember 2021.
Foto: AP Photo/Andy Wong
Wanita mengenakan masker berjalan melewati kantor perusahaan e-commerce China Alibaba di Beijing, Senin, 13 Desember 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG-- Saham Alibaba Group yang terdaftar di Hong Kong merosot delapan persen pada Jumat (17/11/2023) setelah membatalkan rencana untuk memisahkan bisnis cloud-nya. Hal ini kabarnya disebabkan ketidakpastian atas pembatasan AS terhadap cip yang digunakan dalam aplikasi kecerdasan buatan.

Seperti dilansir dari laman Reuters, Jumat (17/11/2023), sahamnya jatuh ke level 75 dolar Hong Kong, turun 7,8 persen pada pembukaan perdagangan.

Baca Juga

Alibaba, yang pernah menjadi saham paling berharga di Asia, bernilai sekitar 830 miliar dolar AS pada puncaknya pada Oktober 2020, namun kini nilainya kurang dari seperempat, karena raksasa e-commerce ini menjadi pusat perhatian dalam tindakan keras sektor teknologi di Beijing dan ketika perekonomian China melambat.

Kekhawatiran Alibaba terhadap pembatasan ekspor AS muncul setelah kekhawatiran serupa muncul minggu ini oleh raksasa teknologi Tiongkok Tencent Holdings (0700.HK) yang mengatakan pembatasan tersebut akan memaksanya mencari alternatif yang diproduksi di dalam negeri.

Berita ini menggarisbawahi tantangan yang lebih luas yang dihadapi perusahaan-perusahaan teknologi besar Tiongkok karena pembatasan ekspor AS mempersulit mereka mendapatkan pasokan chip penting dari perusahaan-perusahaan AS.

Pada Maret 2023, Alibaba mengumumkan rencana untuk mengembangkan bisnis cloud sebagai bagian dari restrukturisasi terbesar dalam 24 tahun sejarahnya.

Para analis pada Maret memperkirakan divisi cloud bisa bernilai 41 miliar dolar AS–60 miliar dolar AS tetapi telah memperingatkan bahwa pencatatannya dapat menarik perhatian baik dari regulator China dan luar negeri karena banyaknya data yang dikelolanya.

Perusahaan yang berbasis di Hangzhou, dalam mengumumkan pendapatan kuartalannya juga menunda rencana pencatatan bisnis bahan makanan Freshippo.

Alibaba melaporkan pendapatan kuartal kedua sebesar 224,79 miliar yuan (31,01 miliar dolar AS), sejalan dengan perkiraan analis sebesar 224,32 miliar.

Kepala Eksekutif Alibaba Eddie Wu melaporkan pendapatan merinci strategi masa depan perusahaan, bahwa setiap bisnisnya akan menghadapi pasar dengan lebih independen dan mereka akan melakukan tinjauan strategis untuk membedakan antara inti dan noninti bisnis perusahaan. 

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement