Jumat 17 Nov 2023 10:35 WIB

Semua Layanan Telekomunikasi di Jalur Gaza Terputus

Semua sumber energi yang menopang jaringan telah habis

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Agresi Israel ke Gaza yang dimulai sejak 7 Oktober 2023 telah membunuh sedikitnya 11.630 warga Gaza.
Foto: AP Photo/Fatima Shbair
Agresi Israel ke Gaza yang dimulai sejak 7 Oktober 2023 telah membunuh sedikitnya 11.630 warga Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Perusahaan Telekomunikasi Palestina (Paltel Group) mengumumkan gangguan total pada jaringan telepon rumah, seluler, dan internet di seluruh Jalur Gaza pada Kamis (16/11/2023) malam. Paltel Group merupakan penyedia layanan telekomunikasi terbesar di Palestina.

“Kami dengan menyesal mengumumkan bahwa semua layanan telekomunikasi di Jalur Gaza tidak berfungsi karena semua sumber energi yang menopang jaringan telah habis, dan bahan bakar tidak diperbolehkan masuk,” kata Paltel Group dalam sebuah pernyataan, dikutip laman kantor berita Palestina, WAFA.

Baca Juga

Sebelumnya Paltel Group telah menyampaikan bahwa pusat data utama dan saklar di Jalur Gaza ditutup secara bertahap akibat habisnya bahan bakar. Elemen jaringan utama hanya bergantung pada baterai. Sejak melancarkan agresi pada 7 Oktober 2023 lalu, Israel telah melarang adanya pasokan atau pengiriman bahan bakar ke Gaza. Selain itu, Israel pun memotong aliran listrik ke wilayah yang telah diblokadenya selama 16 tahun tersebut. 

Dalam agresinya ke Gaza yang sudah berlangsung 41 hari, Israel tak hanya menargetkan fasilitas Hamas, tapi juga membidik infrastruktur sipil, seperti bangunan tempat tinggal, rumah sakit, termasuk infrastruktur telekomunikasi. Hal itu berdampak pada terganggunya layanan telepon dan internet di Gaza.

Menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA), pada 10 Oktober 2023, serangan udara Israel menargetkan beberapa instalasi telekomunikasi dan menghancurkan dua dari tiga jalur utama komunikasi seluler. Hal tersebut membuat warga Gaza hanya bergantung pada satu jalur untuk koneksi seluler dan internet. “Penutupan atau pembatasan akses terhadap internet yang disengaja dan dilakukan melanggar banyak hak dan dapat berakibat fatal selama krisis,” kata Deborah Brown, peneliti teknologi senior di Human Rights Watch.

“Pemadaman komunikasi yang berkepanjangan dan menyeluruh, seperti yang terjadi di Gaza, dapat menutupi kekejaman dan menimbulkan impunitas, sekaligus semakin melemahkan upaya kemanusiaan dan membahayakan nyawa,” tambah Brown. 

Agresi Israel ke Gaza yang dimulai sejak 7 Oktober 2023 telah membunuh sedikitnya 11.630 warga Gaza. Termasuk di dalamnya 4.710 anak-anak dan 3.165 perempuan. Sementara korban luka sudah mendekati 30 ribu orang.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement