Jumat 17 Nov 2023 11:08 WIB

Seniman Hingga Karyawan Dipecat dan Didiskriminasi karena Dukung Palestina

Pameran dibatalkan hingga karyawan dipecat karena dukung Palestina

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Seniman Ai Weiwei mengatakan pamerannya di London dibatalkan karena unggahannya di media sosial yang mendukung Palestina.
Foto: FRUMFORUM.COM
Seniman Ai Weiwei mengatakan pamerannya di London dibatalkan karena unggahannya di media sosial yang mendukung Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah orang di seluruh dunia mengalami diskriminasi hingga pemecatan dari tempat kerja karena dukungan mereka terhadap Palestina. Salah satunya adalah seniman terkenal Ai Weiwei.

Ai Weiwei mengatakan pamerannya di London dibatalkan karena unggahannya di media sosial yang mendukung Palestina. Unggahan seniman tersebut yang menyatakan dukungan untuk Palestina di platform media sosial, X, telah dihapus.

Baca Juga

"Rasa bersalah atas penganiayaan terhadap orang-orang Yahudi, kadang-kadang, dialihkan untuk mengimbangi dunia Arab," ujar Ai Weiwei.

Selain itu, editor majalan seni, David Velasco juga dipecat dari pekerjaannya karena mendukung Palestina. Dia menggambarkan tindakan keras tersebut memiliki efek yang mengerikan.

"Ini sangat buruk bagi banyak orang, termasuk seniman. Prinsip dasar membuat karya seni adalah Anda bisa bersuara. Kalau Anda tidak punya (suara), lalu apa yang Anda punya?" ujar Velasco, kepada Aljazirah.

Kelompok hak asasi manusia, Palestine Legal mengatakan mereka menanggapi lebih dari 280 kasus ancaman terhadap kesejahteraan masyarakat di Amerika Serikat (AS). Pemerintah tidak bisa dengan mudah memecat karyawannya. Namun ada pula yang berpendapat bahwa perusahaan swasta mempunyai lebih banyak peluang untuk tidak melakukan hal tersebut.

"Kami melihat gelombang diskriminasi di tempat kerja yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kami telah menerima lebih dari 280 kasus karena masalah ketenagakerjaan. Lebih dari 60 orang di antaranya telah dipecat dari pekerjaannya," ujar pernyataan Palestine Legal.

Pengacara dan aktivis hak asasi manusia, Kenneth Roth mengatakan, sulit bagi undang-undang untuk mengatasi pemecatan seperti ini karena ada dua kepentingan yang saling bersaing. Perusahaan mempunyai hak untuk memilih siapa yang mereka inginkan di perusahaannya.

"Jika mereka ingin semua orang mempunyai satu sudut pandang politik, secara teoritis itu adalah hak mereka. Mereka tidak akan menjadi perusahaan yang sukses dalam merekrut orang," ujar Roth.

Kelompok sayap kanan khawatir ada standar ganda dalam kebebasan berpendapat, terutama terhadap mereka yang mendukung Palestina. Sebelumnya beredar kabar bahwa Dior telah mengakhiri kemitraannya dengan model ternama, Bella Hadid karena dukungannya untuk warga Palestina, dan menggantikannya dalam kampanye iklan baru dengan model Israel, May Tager.

Namun isu itu dibantah oleh Dior. Seseorang yang dekat dengan masalah tersebut mengatakan kepada The Associated Press, kontrak Hadid dengan rumah mode mewah tersebut berakhir pada Maret 2022, jauh sebelum perang Israel-Hamas meletus. Tager adalah salah satu dari beberapa model yang muncul dalam kampanye liburan Dior tahun 2023, dia juga muncul dalam versi tahun 2022. Kedua iklan tersebut lebih menonjolkan aktor Anya Taylor-Joy.

Bella Hadid telah berulang kali melontarkan pernyataan publik yang mengkritik pemerintah Israel dan mendukung Palestina sejak ia ditunjuk sebagai duta merek riasan Dior pada 2016. Bella Hadid adalah model keturunan Palestina. Ayahnya adalah orang Palestina yang menjadi korban peristiwa Nakba atau bencana pada 1948. Ketika itu, Israel secara masif mengusir warga Palestina dari tanah mereka untuk mendirikan sebuah negara. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement