REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat sepak bola Indonesia, Tommy Welly, menuntut permintaan maaf dari pelatih timnas Indonesia Shin Tae-yong setelah membawa tim Merah Putih kalah 1-5 dari Irak pada putaran kedua babak Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia di Stadion Internasional Basra, Kamis (16/11/2023) malam WIB.
"Pertama, Shin Tae-yong harus minta maaf. Karena sejauh ini nggak pernah saya denger Shin Tae-yong minta maaf kepada publik sepak bola Indonesia," kata Tommy saat dihubungi pada Jumat (17/11/2023).
Tommy menilai ini sebagai kampanye awal yang sangat buruk bagi timnas Indonesia. Padahal, kata dia, pelatih asal Korea Selatan itu sudah mengklaim sudah memiliki gambaran mengenai kekuatan Irak dan memasang target untuk meredam kekuatan mereka meskipun peringkat FIFA Irak lebih tinggi dari Indonesia.
"Ketika bilang meredam berarti memang targetnya tidak mengatasi, tapi mencuri poin. Dia juga bilang Irak hanya lebih tinggi ranking saja dari Indonesia. Tapi di lapangan realitasnya berbeda," kata dia.
Dengan target meredam kekuatan Irak, Shin Tae-yong memasang strategi bertahan dengan formasi 5-3-2, namun strategi itu gagal. Pria yang akrab disapa Bung Towell ini mengungkapkan, Shin kemudian merubah strateginya setelah tertinggal 1-3 dan mencoba menyerang dengan formasi 4-1-4-1 dan melakukan beberapa pergantian pemain.
"Itu juga tidak mengubah situasi, malah kebobolan lebih banyak. Jadi dari sisi pergantian pemain yang dilakukan Shin Tae-yong pun tidak mengubah situasi pertandingan," kata dia.
Towell menegaskan, dari analisis sisi teknikal dapat terlihat bahwa Shin gagal mempertanggungjawabkan perkataannya sendiri, yang mengaku telah menyiapkan taktik untuk meredam permainan Irak. "Artinya taktik yang dia siapkan gagal," ujarnya menambahkan.
Di sisi lain, Towell mempertanyakan anggapan publik tentang level sepak bola Indonesia sudah di level Asia. Sebab, faktanya Indonesia menelan kekalahan telak 1-5 dari Irak. Ini berarti masih ada kesenjangan antara Indonesia dengan tim-tim di level papan atas Asia seperti Irak.