Jumat 17 Nov 2023 16:06 WIB

Israel Hancurkan Pusat Fisioterapi yang Dibangun Yayasan Mahathir Mohamad

Pusat Fisioterapi Dr Siti Hasmah dan Enaya mulai beroperasi di Gaza pada 2019.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
 Mantan perdana menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, terpukul oleh kabar kehancuran Pusat Fisioterapi Dr Siti Hasmah dan Enaya di Jalur Gaza akibat dibom Israel.
Foto: AP/Vincent Thian
Mantan perdana menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, terpukul oleh kabar kehancuran Pusat Fisioterapi Dr Siti Hasmah dan Enaya di Jalur Gaza akibat dibom Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR – Mantan perdana menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, terpukul oleh kabar kehancuran Pusat Fisioterapi Dr Siti Hasmah dan Enaya di Jalur Gaza akibat dibom Israel. Pusat tersebut didirikan oleh Perdana Global Peace Foundation (PGPF), sebuah yayasan yang dipimpin oleh Mahathir.

“Saya sangat gelisah mengetahui kehancuran Pusat Fisioterapi Dr Siti Hasmah dan Enaya di Gaza akibat pemboman Israel pada tanggal 7 November 2023. Tragisnya, lima keluarga Gaza yang mencari perlindungan di pusat tersebut setelah rumah mereka dibom, kehilangan empat anggota keluarga mereka dalam serangan Israel,” kata Mahathir lewat akun X resminya, Jumat (17/11/2023).

Baca Juga

Mahathir mengungkapkan, sebelumnya dia sudah berduka melihat dihancurkannya sejumlah rumah sakit dan tempat penampungan lainnya di Gaza oleh Israel. Namun bagi Mahathir, hancurnya Pusat Fisioterapi Dr Siti Hasmah dan Enaya adalah kasus khusus.

“Saya punya ketertarikan pribadi dengan rumah sakit ini. PGPF, di mana saya menjadi anggotanya, terlibat langsung dalam pembangunannya sejak awal,” ucapnya.

Dia mengatakan, dalam proses pembangunan Pusat Fisioterapi Dr Siti Hasmah dan Enaya, PGPF dibantu oleh Humanitarian Care Malaysia, Muslim Care Malaysia, Media Prima Humanitarian Fund dan Charitable Association for Palestine Relief. Pusat Fisioterapi Dr Siti Hasmah dan Enaya mulai beroperasi pada 2019.  

Mahathir mengungkapkan, Pusat Fisioterapi Dr Siti Hasmah dan Enaya terletak di Khan Younis, yakni wilayah selatan Gaza. “Meskipun telah dikatakan sebelumnya bahwa mereka (Israel) tidak akan menargetkan wilayah selatan, hal itu terbukti hanya basa-basi. Serangan tersebut kini berubah menjadi operasi pembunuhan massal warga sipil Palestina dan non-kombatan. Ini bukan perang antar militer, tapi genosida yang dilakukan militer Israel untuk menyingkirkan penduduk Palestina dari Gaza,” kata Mahathir.

Dia menambahkan, pengeboman bangunan tempat tinggal, rumah sakit, dan pusat fisioterapi di Gaza membuktikan bahwa Israel memang sengaja menargetkan infrastruktur-infrastruktur sipil tersebut. “Yang bisa kita lakukan hanyalah memprotes dan berdoa agar warga Palestina terhindar dari kebrutalan Israel. Dan sekutu Israel, terutama AS dan Inggris terus membenarkan dan mendukung kebiadaban Israel,” ucap Mahathir.

Agresi Israel ke Gaza yang dimulai sejak 7 Oktober 2023 telah membunuh sedikitnya 11.630 warga Gaza. Mereka termasuk 4.710 anak-anak dan 3.165 perempuan. Sementara korban luka sudah mendekati 30 ribu orang.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement