Jumat 17 Nov 2023 17:02 WIB

Reaksi Gedung Putih Atas Surat Osama bin Laden yang Viral di TikTok

Surat tersebut ditulis setelah serangan Al Qaedah terhadap AS.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Osama bin Laden.
Foto: AP
Osama bin Laden.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON --  Pemerintah Amerika Serikat (AS) tidak tinggal diam atas penyebaran konten surat tertanda Osama bin Laden yang lebih dikenal dengan sebutan “letter to America”. Diskusi yang tersebar di media sosial dan viral di TikTok ini dinilai sebagai tindakan yang menjijikan.

“Tidak pernah ada pembenaran untuk menyebarkan kebohongan yang menjijikkan, jahat, dan antisemit yang dikeluarkan oleh pemimpin al Qaeda setelah melakukan serangan teroris terburuk dalam sejarah Amerika," ujar Juru bicara Gedung Putih Andrew Bates pada kamis (16/11/2023)

Baca Juga

Menurut data Google, minat tentang “letter to America”  mulai meningkat minggu lalu, kemudian menjadi viral di TikTok pada Rabu (15/11/2023). Namun TikTok bukanlah satu-satunya tempat surat tersebut dibahas.

Meskipun Instagram memblokir pencarian beberapa hashtag, beberapa video yang terkait dengan surat tersebut, termasuk yang mengkritiknya  tetap dapat dilihat publik pada Kamis (16/11/2023).

Beberapa anggota parlemen AS telah menyerukan pelarangan aplikasi milik Cina dan telah memperbarui kritiknya sebelum pengumuman larangan konten tersebut di TikTok. Perwakilan Demokrat Josh Gottheimer mengatakan, bahwa TikTok mendorong propaganda pro-teroris untuk mempengaruhi warga AS. 

Bahkan,  The Guardian yang awalnya mengunggah secara keseluruhan surat tersebut sejak 24 November 2002 ini pun akhirnya menghapusnya. Saat laman yang memuat surat itu secara full dibuka, maka akan muncul keterangan dokumen telah dihapus. Perubahan ini dilakukan pada 15 November 2023 pukul 20.19 waktu setempat.

Menurut keterangan media tersebut, transkrip yang dipublikasikan di situs The Guardian telah dibagikan secara luas di media sosial tanpa konteks lengkap. "Oleh karena itu kami memutuskan untuk menghapusnya dan mengarahkan pembaca ke artikel berita yang awalnya mengontekstualisasikannya," ujarnya.

Sedangkan juru bicara TikTok Alex Haurek mengatakan pada Kamis, bahwa perusahaannya secara proaktif dan agresif menghapus video yang mempromosikan surat tersebut. Tindakan itu diambil karena pengguna melanggar aturan perusahaan tentang mendukung segala bentuk terorisme dan sedang menyelidiki cara video tersebut bisa masuk ke platformnya.

Haurek mengatakan, bahwa tagar #lettertoamerica telah dilampirkan ke 274 video yang telah ditonton 1,8 juta kali pada Selasa (14/11/2023) dan Rabu, sebelum “tweet dan liputan media mengarahkan orang ke tagar tersebut.”

Sedangkan Tagar lain, sebagai perbandingan, mengerdilkan diskusi tentang surat tersebut di platform selama periode 24 jam baru-baru ini, #travel perjalanan telah ditonton sebanyak 137 juta kali, video #skincare telah ditonton sebanyak 252 juta kali, dan video #anime telah ditonton sebanyak 611 juta kali.

Pencarian untuk “letter to America” juga di TikTok tidak membuahkan hasil pada Kamis. Pemberitahuan menyatakan bahwa frasa tersebut mungkin terkait dengan “konten yang melanggar pedoman kami.”

Jurnalis Yashar Ali kemudian membagikan kompilasi video TikTok yang dibuatnya dalam postingan di X. Postingan itu telah dilihat lebih dari 28 juta kali. Pada Kamis sore, ketika TikTok mengumumkan telah melarang hashtag dan lusinan variasi serupa, video TikTok yang diberi tag #lettertoamerica telah ditonton lebih dari 15 juta kali.

Ali mengatakan, membuat video kompilasi tersebut setelah melihat “ribuan” video dan dengan sengaja mengabaikan “contoh yang paling menghasut” karena tidak ingin kompilasi tersebut dihapus dari Instagram, tempat dia juga mempostingnya. Dia setuju bahwa tagar tersebut tidak pernah menjadi tren di TikTok tetapi membantah anggapan bahwa jumlah video yang diposting di sana sedikit.

“Tentu, dalam konteks platform global. Namun tidak cukup kecil untuk menjadi sangat kecil atau tidak penting," ujar Ali dikutip dari The Washington Post.

TikTok mengatakan sebelumnya, algoritma rekomendasinya tidak mendorong konten tertentu kepada pengguna. Perusahaan juga telah menghapus ratusan ribu video sejak 7 Oktober karena melanggar kebijakan terhadap misinformasi dan promosi kekerasan.

Diskusi mengenai surat berusia 20 tahun tersebut telah menyebar di platform tersebut dalam konteks perdebatan mengenai perang Israel-Hamas, dengan beberapa pengguna di Barat memuji isinya. Surat yang ditulis setelah serangan Al Qaedah terhadap AS yang menewaskan hampir 3.000 orang, mengkritik dukungan AS terhadap Israel dan menuduh AS mendanai penindasan terhadap warga Palestina.

Video tentang “letter to America” menampilkan banyak orang yang mengatakan bahwa mereka hanya tahu sedikit tentang Osama bin Laden dan mempertanyakan apa yang telah mereka pelajari tentang keterlibatan AS di seluruh dunia. Beberapa mengatakan, mencoba untuk kembali ke kehidupan normal, tetapi merasa telah dibohongi seumur hidupnya.

Beberapa pembuat Tiktok yang membagikan surat tersebut memposting video lanjutan yang menjelaskan mereka tidak mendukung terorisme atau kekerasan. Salah satu pembuat TikTok pertama yang membagikannya mengatakan, bahwa dia telah mendorong orang untuk membacanya untuk tujuan pendidikan.

Dia mengaku tidak memaafkan atau membenarkan tindakan Osama bin Laden dan telah menjauhkan diri dari seluruh situasi tersebut. “Ini adalah dunia yang menyedihkan jika kita bahkan tidak bisa membaca dokumen publik, sekadar untuk mendidik diri kita sendiri, tanpa difitnah secara online,” katanya.

Tapi banyak komentator juga mengkritik pemberian perhatian pada surat tersebut atau berupaya mengingatkan orang-orang bahwa bin Laden telah mengajarkan ideologi antisemit dan seksis yang menyebabkan ribuan kematian. Pada video “_monix2”, salah satu komentator berkata, “Kalian Bin Laden yang menulis ini. Tahukah kalian apa yang dia lakukan. Ada apa dengan kalian semua [ya Tuhan. Saya kira] kami mendukung terorisme akhir-akhir ini," ujar pengguna itu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement