Sabtu 18 Nov 2023 09:30 WIB

Serangan Israel Timbulkan Kerusakan Besar Bagi Sosial-Ekonomi Gaza

Serangan Israel telah menghancurkan 41 ribu unit rumah dan merusak 222 ribu rumah.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Warga Palestina mencari korban selamat pasca bombardir Israel di Jalur Gaza di Deir Al-Balah, Ahad (22/10/2023).
Foto: AP Photo/Hatem Moussa
Warga Palestina mencari korban selamat pasca bombardir Israel di Jalur Gaza di Deir Al-Balah, Ahad (22/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Serangan darat, laut, dan udara Israel di Jalur Gaza yang dipicu oleh serangan lintas batas Hamas pada 7 Oktober telah membawa pergolakan dan kehancuran di wilayah kantung Palestina dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Berikut adalah perkiraan terbaru dari organisasi internasional mengenai dampak sosial-ekonomi dari konflik tersebut.

Perumahan

Baca Juga

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengutip data dari departemen pekerjaan umum dan perumahan Palestina mengatakan, serangan Israel telah menghancurkan lebih dari 41 ribu unit rumah dan merusak lebih dari 222 ribu unit rumah. Secara keseluruhan, setidaknya 45 persen unit perumahan di Gaza dilaporkan rusak atau hancur.

Sulit untuk memverifikasi secara independen jumlah kehancuran, tetapi wartawan Reuters di Gaza mengatakan, kerusakan yang terjadi terjadi dalam skala besar.

Seorang reporter Israel yang dibawa untuk melihat kota Beit Hanoun di Gaza oleh militer Israel melaporkan pada 12 November, bahwa "ampir tidak ada satu pun bangunan yang dapat dihuni yang masih berdiri. Lebih dari 52 ribu orang pernah tinggal di sana sebelum perang.

Rumah Sakit dan Sekolah

Dalam laporan 15 November, OCHA mengatakan, 279 fasilitas pendidikan dilaporkan telah rusak, lebih dari 51 persen dari total kerusakan. Laporan itu pun menyatakan, tidak satupun dari 625 ribu siswa di Gaza dapat mengakses pendidikan.

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza pada 16 November, hanya sembilan dari 35 rumah sakit di Gaza yang berfungsi sebagian. Sisanya telah menutup layanan medis formal.

OCHA mengatakan, 55 ambulans di Gaza telah rusak. Dilaporkan juga terjadi kekurangan obat-obatan dan stok darah.

Air dan Sanitasi

Badan pengungsi Palestina PBB (UNRWA) mengatakan pada 16 November, bahwa akibat kekurangan bahan bakar, 70 persen masyarakat di Gaza selatan tidak memiliki akses terhadap air bersih. Pabrik desalinasi air laut di Khan Younis di selatan beroperasi dengan kapasitas lima persen saja.

Sementara dua jaringan pipa air dari Israel masih beroperasi. Di bagian utara wilayah tersebut, pabrik desalinasi air dan jaringan pipa Israel tidak berfungsi.

Sebagian besar dari 65 pompa limbah di Gaza tidak berfungsi. Limbah mentah mulai mengalir ke jalan-jalan di beberapa daerah.

Ketahanan Pangan

OCHA mengatakan, di utara Gaza, tidak ada toko roti yang aktif sejak 7 November karena kekurangan bahan bakar, air, tepung terigu, dan kerusakan struktural. Toko terakhir yang berfungsi di Gaza dihancurkan pada 15 November. “Situasinya sangat buruk,” kata OCHA.

Bantuan Kemanusiaan

Rata-rata 500 truk makanan dan barang memasuki Gaza setiap hari sebelum konflik. Semua impor dihentikan setelah 7 Oktober dan baru dilanjutkan pada 21 Oktober. Antara waktu tersebut hingga 14 November, total 1.139 truk yang membawa bantuan kemanusiaan telah menyeberang ke Gaza dan jauh dari mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dasar para warga.

Telekomunikasi

Pada 16 November, layanan telekomunikasi Gaza ditutup setelah bahan bakar yang digunakan untuk menjalankan generator habis. OCHA mengatakan, beberapa infrastruktur komunikasi di Gaza selatan terkena dampak dan rusak pada 14 November.

Menurut OCHA, pemadaman listrik membahayakan penyediaan bantuan penyelamatan jiwa bagi warga sipil. UNRWA mengatakan, karena terputusnya komunikasi, pihaknya tidak dapat mengelola atau mengoordinasi konvoi bantuan kemanusiaan mulai 17 November.

Ekonomi

Dalam laporan bersama, Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia Barat (ESCWA) dan Program Pembangunan PBB (UNDP) mengatakan pada 5 November, sekitar 390 ribu pekerjaan telah hilang sejak dimulainya perang.

Situasi sosio-ekonomi di Gaza sudah sangat buruk sebelum perang, dengan tingkat kemiskinan diperkirakan mencapai 61 persen pada 2020.

Dalam perkiraan awal, badan-badan PBB mengatakan kemiskinan diperkirakan akan meningkat antara 20 hingga 45 persen, tergantung pada kondisi sosial-ekonomi usai perang. Mereka juga memperkirakan bahwa perang tersebut akan merugikan Gaza antara empat hingga 12 persen dari produk domestik bruto pada 2023.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement