REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON -- Yahel Kurlander, seorang profesor sosiologi di Tel-Hai College di Israel utara yang mempelajari populasi migran Thailand di Israel.
Kurlander mengatakan pada tahun 2012, Israel dan Thailand membuat perjanjian bilateral untuk memudahkan masuknya pekerja dalam bidang pertanian dari Thailand.
Sekitar 30 ribu warga Thailand bekerja di Israel sebelum perang berkecamuk bulan lalu antara Hamas yang membela Tanah Air mereka yakni Palestina dan Israel yang sedang menjajah Palestina.
Kurlander menjelaskan, Namsan petani asal Thailand adalah satu dari 7.000 orang yang memilih untuk pulang ke negara asalnya untuk sementara waktu.
“Mayoritas pekerja Thailand sebenarnya tinggal di Israel,” kata Kurlander, dilansir dari laman NRP, Sabtu (18/11/2023).
Kurlander mengatakan, pekerja Thailand benar-benar aman karena mereka berlokasi di daerah yang jauh dari Gaza.
Sebagaimana diketahui, Gaza adalah daerah tempat tinggal pejuang Palestina. Kini Gaza menjadi sasaran bom milik Israel dan menjadi tempat peperangan berlangsung.
Phairin Phuangsri pekerja asal Thailand yang memilih tetap tinggal di Israel. Tempat dia bekerja sekitar 96 km sebelah Timur Gaza.
“Kami mempunyai banyak tentara di sini dan kami tidak khawatir," kata Phuangsri (41 tahun) yang berasal dari sebuah desa kecil dekat Surin, Thailand.
Phuangsri telah bekerja di Israel memanen tomat dan terong selama sekitar tiga tahun.
Namun, Phuangsri mengatakan bahwa keluarganya di Thailand merasa gelisah. Keluarga Phuangsri telah melihat video kematian dan kehancuran pasca serangan Hamas, mereka mengetahui kematian 34 warga Thailand yang terbunuh. Mereka khawatir Phuangsri akan terluka atau terbunuh, dan memintanya untuk pulang.
Sumber:
https://www.npr.org/2023/11/09/1211191682/thailand-israel-hamas-attack-hostages-farm-workers