REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) mengungkap lulusan sekolah perawat di Indonesia punya peluang besar untuk bekerja di luar negeri. Karena banyak negara masih kekurangan tenaga perawat.
"Sistem kesehatan mereka sudah tidak berbasis fasilitas kesehatan lagi, tetapi sudah sampai ke tingkat panti asuhan, rumah jompo, dan sebagainya. Makanya, mereka memerlukan (perawat) Indonesia," Ketua Umum PPNI Hanif Fadhillah dalam webinar "Migrasi Perawat" disiarkan Antara.
Berdasarkan data Grup Bank Dunia tahun 2016 yang dikutip ke dalam Buku Saku Pendayagunaan Perawat ke Luar Negeri, estimasi pasokan dan permintaan perawat di seluruh dunia mencapai 15 juta orang sampai tahun 2030. Wilayah Pasifik Barat membutuhkan sekitar 8,63 juta perawat, Asia Tenggara butuh 2 juta perawat, Eropa butuh 1,35 juta perawat, Mediterania Timur butuh 1,59 juta perawat, dan Amerika butuh 2,54 juta perawat.
Laporan International Council of Nurses pada 2023 mengungkapkan, pascapandemi Covid-19 banyak negara di Asia dan Asia Tenggara kekurangan perawat, kecuali Indonesia yang justru mengalami surplus perawat. Jumlah perawat Indonesia saat ini mencapai 1,32 juta orang dan hanya ada 676.841 perawat dengan surat tanda registrasi yang masih berstatus aktif.
Hanif menuturkan dari sisi jumlah program studi (prodi) ada 983 prodi di Indonesia yang terdiri atas Diploma III sebanyak 474 prodi, Diploma IV sebanyak 53 prodi, Strata I plus profesi 363 prodi, Strata II delapan prodi, dan Strata III hanya dua prodi.
"Rata-rata jumlah lulusan per tahun sebanyak 63.000 orang dengan melalui uji kompetensi. Data 63.000 orang per tahun itu adalah data yang telah lulus uji kompetensi dalam arti sudah siap melakukan registrasi di council keperawatan dan mendapatkan surat tanda registrasi," kata Hanif.
Menurut data Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) 2023, permintaan pekerjaan tenaga kesehatan sepanjang 2021 sampai 2023 berjumlah 7.568 orang terutama dari Belanda, Kuwait, Qatar, Rumania, Arab Saudi, Selandia Baru, Singapura, dan Uni Emirat Arab. Sebanyak tujuh negara meminta perawat dan hanya Rumania yang meminta careworker.
"Dari sekian banyak negara itu, Singapura membutuhkan banyak perawat mencapai 5.100 orang. Namun dari data BP2MI baru 37,2 persen yang terpenuhi dari job order. Ini peluang buat Indonesia," kata Hanif.