REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, Rumah Sakit al-Shifa yang terbesar di Gaza telah menjadi zona kematian. Militer Israel telah beroperasi di sekitar rumah sakit tersebut selama seminggu terakhir, dan menuduh rumah sakit itu digunakan sebagai markas pejuang Hamas.
“Tim gabungan penilai kemanusiaan PBB yang dipimpin WHO mengakses Rumah Sakit al-Shifa di Gaza utara untuk menilai situasi di lapangan, melakukan analisis situasi cepat, menilai prioritas medis dan menetapkan pilihan logistik untuk misi lebih lanjut,” kata WHO dalam sebuah pernyataan, dilansir Al Arabiya, Ahad (19/11/2023).
WHO mengatakan, karena keterbatasan waktu terkait dengan situasi keamanan, tim hanya dapat menghabiskan waktu satu jam di dalam rumah sakit, yang digambarkan sebagai 'zona kematian. Tanda-tanda bekas penembakan terlihat jelas.
"Tim kami melihat kuburan massal di pintu masuk rumah sakit dan mendapatkan informasi bahwa lebih dari 80 orang dimakamkan di sana,", kata WHO.
WHO menyatakan, tentara Israel telah mengeluarkan perintah evakuasi kepada 2.500 pengungsi internal lainnya yang mencari perlindungan di halaman rumah sakit. Kurangnya air bersih, bahan bakar, obat-obatan, makanan dan bantuan penting lainnya selama 6 minggu terakhir telah menyebabkan Rumah Sakit al-Shifa tidak berfungsi. Al-Shifa adalah rumah sakit rujukan terbesar, tercanggih dan paling lengkap di Gaza. Kini rumah sakit itu tidak lagi berfungsi sebagai fasilitas medis akibat serangan brutal Israel.
Menurut WHO, akibat penutupan layanan medis, beberapa pasien telah meninggal selama beberapa hari terakhir, termasuk 32 bayi dalam kondisi sangat kritis, 2 orang dalam perawatan intensif tanpa ventilasi, dan 22 pasien dialisis.
Israel mengatakan pusat komando utama Hamas berada di bawah rumah sakit dalam jaringan bawah tanah. Israel mengklaim menemukan gudang senjata, dan bukti bahwa sandera ditahan di sana.
Sayap militer Hamas, Brigade Al Qassam mengatakan, klaim bahwa jenazah tawanan Israel ditemukan di rumah sakit di Jalur Gaza adalah tidak benar. Dua jenazah itu adalah sandera yang menjalani perawatan di rumah sakit tersebut.
"Kami memindahkan sejumlah tawanan ke pusat perawatan untuk menerima perawatan karena parahnya kondisi kesehatan mereka dan untuk menyelamatkan nyawa mereka. Hal ini terjadi baru-baru ini pada tahanan, Aryeh Zalman Zdmanovich, nomor kartu 0010185791, yang mendapat perawatan intensif," ujar pernyataan Brigade Al-Qassam di Telegram, Sabtu (18/11/2023).
Brigade Al-Qassam menjelaskan, setelah sembuh, Zdmanovich dikembalikan ke tempat penahanannya. "Dia meninggal karena serangan panik akibat pengeboman berulang kali di sekitar tempat penahanannya, dan kami akan menerbitkan materi yang mendokumentasikan hal ini," kata pernyataan Brigade Al Qassam.
Pasukan Israel pada Kamis (16/11/2023) mengumumkan penemuan dua jenazah yaitu seorang tentara perempuan Israel, dan seorang sandera perempuan lainnya di Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza. Brigade Al Qassam mengkonfirmasi bahwa kedua perempuan itu meninggal dunia akibat pengeboman Israel di tempat penahanan mereka.
Brigade Al Qassam menyatakan, pasukan pendudukan sejauh ini telah menyebabkan kematian lebih dari 60 sandera di Jalur Gaza. Mereka tewas akibat pengeboman brutal yang terus menerus berlangsung di seluruh wilayah Jalur Gaza.