REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Center of Economic and Law Studies (Celios) mengungkapkan permasalahan stabilitas pasokan pangan yang kerap menimbulkan harga bergejolak. Hal ini dapat berimbas terhadap tingginya angka inflasi di Indonesia.
Direktur Celios Bhima Yudhistira mengatakan saat ini masyarakat dihadapkan tekanan kenaikan harga pangan, salah satunya tingginya harga beras di pasar.
“Pemerintah harus fokus mengatasi masalah stabilitas harga pangan, setidaknya sampai akhir masa jabatan Oktober 2024. Jadi masih ada sisa waktunya, harus memastikan waktu panen raya yang terjadi pada kuartal pertama 2024 bisa berjalan lebih baik dengan hasil panen 2023,” ujarnya ketika dihubungi Republika, Ahad (19/11/2023).
Bhima mengakui saat ini masih ada tantangan untuk menstabilkan harga pangan seperti perubahan iklim, fenomena El Nino hingga alokasi anggaran subsidi pupuk yang semestinya ditambah oleh pemerintah.
“Pemerintah (perlu) lebih banyak memberikan alsintan dan bantuan langsung kepada para petani misal skema kartu tani atau skema lainnya, sehingga bisa menurunkan biaya pertanian,” ucapnya.
Di samping itu, Bhima juga menyoroti masih masifnya spekulan di Indonesia. Hal ini menjadi rentan karena ada risiko praktik menimbun kebutuhan pangan bagi masyarakat.
“Maka perlu agar Satgas Pangan melakukan pencegahan dini, sehingga pihak yang ingin melakukan manipulasi harga bisa secepatnya dicegah,” ucapnya.