Ahad 19 Nov 2023 21:50 WIB

Potensi EBT Indonesia Besar, Tapi Mahal

Harga per kWh EBT 0,15–0,70 dolar AS sementara listrik batu bara 0,04-0,10 dolar AS.

Red: Fuji Pratiwi
Teknisi memeriksa solar panel pada proyek PLTS Terapung di Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (26/9/2023).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Teknisi memeriksa solar panel pada proyek PLTS Terapung di Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (26/9/2023).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Peneliti Purnomo Yusgiantoro Center Akhmad Hanan menyatakan, dari segi kekuatan, Indonesia mempunyai potensi energi baru terbarukan (EBT) yang besar, salah satunya bioenergi yang merupakan sumber energi bersih yang tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK). Bioenergi dapat diproduksi di dalam negeri sehingga dapat mengurangi ketergantungan pada impor energi fosil.

Kendati demikian, ia mencatat ada beberapa kelemahan dalam pengembangan bioenergi di Indonesia. Di antaranya bioenergi memiliki biaya produksi yang relatif tinggi, rata-rata antara 0,15 hingga 0,70 dolar AS per kilowatt hour (kWh) dibandingkan listrik dari batu bara antara 0,04 hingga 0,10 dolar AS per kWh.

Baca Juga

"Kemudian, pengembangan bioenergi juga membutuhkan ketersediaan biomassa yang cukup," kata dia.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut Indonesia memiliki potensi besar, tersebar, dan beragam untuk mendukung ketahanan energi nasional dan pencapaian target bauran EBT. Adapun, pemanfaatan EBT yang ditargetkan sebesar 23 persen pada 2025 sebagaimana di dalam kebijakan energi nasional.