REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran meluncurkan rudal hipersonik terbarunya yang diberi nama “Fattah II” pada Ahad (19/11/2023). Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei mengawasi pengungkapan senjata terbaru itu selama pemeriksaan rudal dan drone milik unit kedirgantaraan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC).
“Fattah II” telah digambarkan oleh media pemerintah Iram sebagai rudal hipersonik dengan kemampuan meluncur dalam kategori senjata hipersonik HGV. Hanya empat negara di dunia, termasuk Iran yang memiliki teknologi untuk memproduksi senjata hipersonik jenis ini.
“Dalam setiap adegan yang dimasuki generasi muda kita dengan tekad dan keyakinan, mereka mampu melakukan hal-hal besar, dan tanda-tanda tekad serta keyakinan terlihat jelas dalam pameran ini,” kata Khamenei dikutip dari Almayadeen.
“Tentunya kita tidak boleh berpuas diri dengan tingkat keberhasilan saat ini, karena berbagai sektor militer dan sipil di dunia terus maju dan maju, dan kita harus berusaha agar tidak ketinggalan," ujarnya.
Penampakan senjata itu digelar di Ashura Aerospace Science and Technology University. Pengumuman tersebut menyusul pengenalan rudal hipersonik pertama yang diproduksi di dalam negeri Iran “Fattah” yang dirilis pada Juni.
Dalam acara tersebut, Khamenei meminta negara-negara Muslim untuk memutuskan hubungan politik dengan Israel sebagai tanggapan atas perangnya di Gaza. “Pemerintahan Islam harus memutuskan hubungan politik mereka dengan rezim Zionis setidaknya untuk jangka waktu terbatas,” katanya dikutip dari Alarabiyah.
Khamenei juga meminta negara-negara Muslim untuk menghalangi aliran energi dan barang ke Israel. Awal bulan ini, dia mendesak negara-negara Muslim untuk memutuskan hubungan ekonomi dengan Israel dan menyerukan pemblokiran ekspor minyak dan makanan.
Israel telah berjanji untuk menghancurkan kelompok militan Palestina Hamas yang menjalankan pemerintahan di Gaza. Kampanye udara dan darat Israel telah membunuh sekitar 12 ru orang di Gaza, termasuk 5.000 anak-anak, menurut kementerian kesehatan di wilayah Palestina.
Iran yang merupakan sumber utama dukungan finansial dan politik bagi Hamas memuji serangan Hamas ke perbatasan Israel pada 7 Oktober tetapi menyangkal keterlibatan apa pun dalam perencanaan atau pelaksanaan serangan tersebut. Israel telah lama menuduh Iran memperburuk kekerasan dengan memasok senjata ke Hamas.
Teheran menolak mengakui negara Israel dan menjadikan dukungan terhadap perjuangan Palestina sebagai komponen fundamental kebijakan luar negerinya sejak Revolusi Islam pada 1979. Iran dan Israel juga selama bertahun-tahun terlibat dalam konflik rahasia.