Senin 20 Nov 2023 07:20 WIB

Biaya Dampak dari Limbah Plastik Sangat Bebankan Negara

Pengolahan limbah plastik bahkan menyulitkan bagi negara miskin dan berkembang.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Limbah plastik yang sulit diolah menjadi ancaman kesehatan bagi masyarakat di negara miskin dan berkembang.
Foto: www.freepik.com
Limbah plastik yang sulit diolah menjadi ancaman kesehatan bagi masyarakat di negara miskin dan berkembang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Karena produksi plastik telah meroket selama beberapa dekade terakhir, negara-negara kaya telah mendapatkan keuntungan besar dari produk yang semakin terjangkau. Namun, seluruh biaya sosial dan lingkungan dari ledakan plastik ini telah dibebankan secara tidak proporsional kepada masyarakat miskin di negara berkembang.

Menurut sebuah analisis yang diterbitkan pekan lalu oleh lembaga nirlaba World Wide Fund for Nature (WWF), biaya plastik di seluruh siklus hidupnya mulai dari produksi hingga menjadi limbah, setidaknya delapan kali lebih tinggi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah daripada di negara-negara berpenghasilan tinggi.

Baca Juga

Di beberapa negara seperti Brasil, Ethiopia, Fiji, dan India, kapasitas pemerintah yang terbatas untuk mengontrol atau mengatur produksi plastik telah menyebabkan peningkatan risiko kesehatan akibat emisi udara beracun dan tumpahan bahan kimia dari pabrik petrokimia. Sementara itu, tumpukan plastik yang dibuang mengancam untuk membanjiri infrastruktur pengelolaan sampah di negara-negara ini, menyebabkan polusi tanah dan air yang meluas.

"Sistem pengambilan, pembuatan, dan pembuangan sampah plastik harus dirancang sedemikian rupa sehingga berdampak tidak adil bagi negara-negara yang paling rentan dan kurang beruntung di planet kita," ujar Alice Ruhweza, direktur senior kebijakan, pengaruh, dan keterlibatan untuk WWF International, dalam sebuah pernyataan.