REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kepala biro politik kelompok Hamas, Ismail Haniyeh, mendesak Komite Arab-Islam untuk segera mengadakan pertemuan. Dia menyatakan, tim tersebut perlu membahas cara-cara menghentikan perang dan mematahkan pengepungan di Jalur Gaza.
"Perlunya bertindak cepat untuk mewajibkan Israel mematuhi resolusi internasional yang menyerukan diakhirinya agresi (Israel) terhadap rakyat Palestina dan untuk melindungi rumah sakit (di Gaza)," kata Haniyeh dikutip dari Anadolu Agency.
Komite Menteri Arab-Islam dibentuk dalam KTT Gabungan Arab-Islam yang diadakan di Arab Saudi pada 11 November. Komite yang dibentuk itu untuk menindaklanjuti implementasi hasil KTT tersebut untuk mengakhiri serangan berdarah Israel di Gaza.
Sebuah pernyataan mencatat, bahwa pemimpin Hamas mengadakan pembicaraan dengan para pemimpin dan pejabat di tingkat regional dan internasional. Pembicaraan ini sehubungan dengan pembantaian brutal Israel terhadap warga Palestina yang mengungsi di sekolah-sekolah yang dikelola PBB.
Serangan udara Israel membunuh sedikitnya 50 warga Palestina di Sekolah Al-Fakhoura pada Sabtu (18/2023) pagi. Sekolah tersebut dijalankan oleh badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) di kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza utara.
Israel telah membunuh lebih dari 13.000 warga Palestina dalam serangan udara dan darat di Jalur Gaza sejak serangan mendadak pada 7 Oktober oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas. Sementara itu, jumlah korban tewas resmi di Israel mencapai sekitar 1.200 orang.
Ribuan bangunan, termasuk rumah sakit, masjid dan gereja, telah rusak atau hancur akibat serangan Israel yang tiada henti terhadap wilayah kantong yang terkepung tersebut. Blokade Israel juga telah memutus pasokan bahan bakar, listrik, dan air ke Gaza, serta mengurangi pasokan bantuan hingga hanya sedikit. Israel menolak seruan untuk melakukan gencatan senjata sampai semua sandera yang ditahan oleh Hamas dibebaskan.