Senin 20 Nov 2023 08:20 WIB

Menlu Yordania: Israel Menyandera 2,3 Juta Warga Palestina

Serangan Israel ke Gaza merupakan agresi terang-terangan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi.
Foto: AP/Francois Mori
Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi.

REPUBLIKA.CO.ID, BAHRAIN -- Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Safadi, mengatakan serangan Israel ke Gaza bukan operasi membela diri tapi agresi terang-terangan. Ia menuduh Israel melakukan kejahatan perang dengan mengepung Jalur Gaza dan memotong akses makanan, obat-obatan, dan bahan bakar.

Pernyataan Safadi menunjukkan hubungan kedua negara yang meraih kesepakatan damai pada 1994 merenggang. "Kita semua harus berbicara jelas dan lantang mengenai bencana yang dibawa perang Israel, tidak hanya pada Gaza tapi kawasan secara umum, ini bukan waktunya untuk mengumbar kata-kata, ini waktunya untuk mengungkapkan fakta yang sebenarnya," kata Safadi di pertemuan Manama Dialogue yang digelar International Institute for Strategic Studies, Sabtu (18/11/2023) lalu.

Baca Juga

"Ini bukan membela diri, ini agresi terang-terangan, yang mana korbannya rakyat Palestina yang tak bersalah," katanya.

Israel belum menanggapi komentar Safadi yang mencakup seruan gencatan senjata dan mengakhiri pertempuran. Namun, di sisi lain, koordinator Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih untuk Timur Tengah Brett McGurk mengatakan "pembebasan sejumlah besar sandera akan menghasilkan jeda yang signifikan dalam pertempuran dan gelombang besar bantuan kemanusiaan."

"Tidak ada jalan kembali ke tanggal 6 Oktober. Itu benar bagi Israel. Itu juga berlaku bagi warga Palestina," kata McGurk.

"Tidak ada negara yang bisa hidup dengan ancaman teror seperti yang kita lihat yang dilancarkan dari Hamas pada tanggal 7 Oktober di perbatasan mereka. Dan pada saat yang sama, warga Palestina berhak dan membutuhkan keamanan dan penentuan nasib sendiri," katanya.

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, menambahkan "cukup dimengerti tanpa kebebasan para sandera, tidak ada yang bisa diselesaikan."

Safadi kemudian memberikan tanggapan yang tajam: "Israel menyandera 2,3 juta warga Palestina."

Perang dimulai dengan serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan. Israel mengklaim serangan itu menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil. Hamas juga menculik sekitar 240 pria, wanita, dan anak-anak, dan membawa mereka ke Jalur Gaza.

Israel meresponnya dengan membombardir Gaza yang menewaskan lebih dari 11.400 warga Palestina, dua pertiganya adalah perempuan dan anak-anak di bawah umur. Sebanyak 2.700 orang lainnya dilaporkan hilang, diyakini terkubur di bawah reruntuhan. Jumlah tersebut tidak membedakan antara warga sipil dan militan, dan Israel mengatakan mereka telah membunuh ribuan militan.

Dialog Manama di Bahrain biasanya fokus pada kekhawatiran negara-negara Arab Teluk terhadap Iran di wilayah tersebut. Namun, tahun ini, perang Israel-Hamas menjadi pusat perhatian, sebagian karena Bahrain dan Uni Emirat Arab membuat kesepakatan dengan memberikan pengakuan diplomatik pada Israel pada tahun 2020.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement