REPUBLIKA.CO.ID, COLOGNE— Kanselir Jerman Olaf Scholz mengkritik permukiman ilegal Israel di Tepi Barat dan menyerukan solusi dua negara untuk Israel dan Palestina.
"Dalam pandangan kami, harus ada solusi dua negara. Harus ada kemungkinan hidup berdampingan secara damai antara Israel sebagai sebuah negara dan negara Palestina," lapor kantor berita Jerman DPA mengutip ucapannya saat mengunjungi Nuthetal di negara bagian Brandenburg. "Ini juga demi kepentingan terbaik Israel."
Scholz mengkritik pembangunan permukiman ilegal baru yang dilakukan Israel di wilayah Palestina. "Kami tidak menginginkan permukiman baru di Tepi Barat," kata Scholz.
Dia juga sudah berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa situasi kemanusiaan di Gaza harus segera diperbaiki.
"Dalam panggilan telepon dengan PM Netanyahu, saya meyakinkan dia mengenai solidaritas penuh bersama rakyat Israel dan menekankan kebutuhan mendesak untuk meningkatkan situasi kemanusiaan di Gaza," kata Scholz dalam X setelah percakapan tersebut. "Gencatan senjata kemanusiaan bisa memberikan perbaikan yang signifikan," tambahnya.
Sementara itu, Tentara Israel pada Sabtu (18/11/2023) kembali mengebom sekolah afiliasi PBB di utara Gaza yang menjadi tempat mengungsi ribuan warga sipil sehingga menewaskan dan melukai puluhan orang, ketika sumber medis dan lokal Palestina melaporkan saat ini sulit memindahkan jenazah dan memindahkan korban luka untuk perawatan.
Puluhan warga Palestina gugur atau terluka setelah Israel mengebom Sekolah Al-Fakhoura di Jabalia, utara Gaza, yang berafiliasi dengan Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).
Sumber medis dan lokal Palestina mengatakan kepada Anadolu bahwa "jenazah para syuhada menutupi koridor sekolah."
Mereka mengungkapkan sulitnya mengevakuasi yang terluka dan tewas dari gedung tersebut, padahal di sinilah ribuan pengungsi warga sipil berlindung.
Pada hari yang sama, Kementerian Luar Negeri Palestina mengatakan Israel "melakukan pembantaian di Jalur Gaza, yang terbaru adalah Sekolah Al-Fakhoura."
Kepada Anadolu, kementerian itu mengatakan, "Kami mengutuk keras pembantaian masal yang terus menerus dilakukan pasukan pendudukan terhadap warga sipil Palestina di Jalur Gaza, yang terbaru adalah pembantaian keji di Sekolah Al-Fakhoura yang penuh dengan orang-orang yang terpaksa mengungsi."
"Kami menganggap ini sebagai bukti baru yang membuktikan bahwa perang Israel terhadap warga sipil Palestina bertujuan mengosongkan seluruh wilayah Jalur Gaza utara dari penduduk Palestina," kata Kementerian itu.
Baca juga: Sungai Eufrat Mengering Tanda Kiamat, Bagaimana dengan Gunung Emasnya?
"Pembantaian yang menargetkan sekolah UNRWA, pasukan pendudukan menghina komunitas internasional dan PBB, serta menganggap angin lalu semua tuntutan tidak efektif masyarakat internasional yang menyerukan perlindungan warga sipil."
Menurut WAFA, Israel telah membunuh sekitar 12.300 warga Palestina dalam serangan di Jalur Gaza sejak Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober. Sementara itu, angka kematian resmi di Israel mencapai sekitar 1.200 orang.
Ribuan bangunan, termasuk rumah sakit, mesjid dan gereja di Jalur Gaza, rusak atau hancur. Blokade Israel juga telah memutus pasokan bahan bakar, listrik dan air ke Gaza serta mengurangi pasokan bantuan. Israel menolak seruan gencatan senjata sampai sandera yang ditahan Hamas dibebaskan.