REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Prevalensi balita stunting di Kabupaten Sleman pada 2023 mengalami penurunan. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman, Cahya Purnama, memaparkan, dari total 55.213 balita yang diperiksa, hanya 2.208 balita yang mengalami stunting.
"Saat ini Sleman mengalami penurunan yang signifikan prevalensi stunting, yaitu dari 2022 kita 6,88 saat ini di 2023 turun ini menjadi 4,51 ini prestasi yang membanggakan," kata Cahya di Sleman, Senin (20/11/2023).
Ia mengatakan angka 4,51 persen itu telah melebihi target yang diharapkan. Menurut dia, keberhasilan tersebut merupakan buah dari kerja sama seluruh pihak.
"Kita targetnya pada 2023 ini ya sekitar enam kurang sedikit, tapi ini kita bisa dengan gerakan-gerakan yang cukup masif untuk menanggulangi stunting ini, kemarin juga tim TPPS juga keliling kapanewon untuk menurunkan stunting ini ternyata hasilnya cukup bagus, kita turun di 4,51 tadi," ujarnya.
Secara rutin, pemkab melakukan diseminiasi dan pengukuran stunting. Dijelaskan, signifikannya penurunan prevalensi balita stunting terjadi berkat adanya anggaran insentif fiskal dari pusat yang diperuntukan penanganan stunting. "Sehingga stunting kita kebut dan akhirnya bisa kita turunkan," kata dia.
Faktor lain yang juga memengaruhi penurunan prevalensi balita stunting di Sleman, yakni asupan yang kaya protein. Adapun yang jadi sasarannya, yaitu ibu hamil, bayi yang baru lahir, termasuk balita.
"Kalau sudah stunting agak sulit, diberi makan apa pun naiknya akan lambat. Kalau masih underweight gini ini akan dengan cepat, mungkin dua pekan sampai satu bulan dengan makanan yang bagus, PMT (pemberian makanan tambahan) yang bagus dia akan naik. Makan telur, ikan, dan protein yang lain," ujarnya.
Sementara itu, Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo mengaku bangga dan bersyukur terkait turunnya prevalensi balita stunting di Sleman. Ia mengatakan dengan adanya bantuan fiskal dari pemerintah pusat sebesar Rp 6 miliar turut mempercepat penurunan stunting.
"Kemarin pada 2022 angkanya 6,88 persen, dengan adanya bantuan insentif fiskal dari pemerintah pusat langsung kita gerakan untuk stunting ini kita sudah turun tinggal 4,51 persen," kata Kustini.
Diketahui total insentif fiskal yang diperoleh Pemkab Sleman sebesar Rp 18,9 miliar yang terbagi ke dalam tiga kategori. Yaitu, kinerja penghapusan kemiskinan ekstrem sebesar Rp 6,8 miliar, penurunan stunting sebesar Rp 6 miliar, dan percepatan belanja daerah Rp 6,1 miliar. "Ini langsung kita distribusikan," katanya.
Kustini mengatakan, sejumlah bantuan pangan berupa beras, telur, ikan, dan vitamin terus disalurkan untuk anak-anak dan ibu menyusui. Ia berharap upaya tersebut akan terus menekan stunting di Sleman. "Insya Allah Sleman kemungkinan bisa zero kalau kita kerja sama," ujarnya.